Ancaman Konflik di Laut China Selatan Terhadap Kedaulatan  Indonesia
Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki kedaulatan yang tidak terpisahkan atas wilayahnya, termasuk wilayah perairan yang luas. Namun, kedaulatan ini juga banyak tantangan, terutama konflik yang sedang terjadi saat ini di Laut China Selatan. Konflik ini tidak hanya melibatkan klaim teritorial antara negara-negara yang berbatasan langsung dengan laut tersebut, tetapi juga kepentingan global yang lebih luas dan melibatkan Amerika Serikat selaku sekutu penting Taiwan. Washington juga telah melakukan berbagai cara untuk meredam atau membuat Beijing agar tidak melakukan tindakan provokatif terus-menerus terhadap sekutu-sekutunya di wilayah tersebut. Beijing pun mengklaim bahwa Taiwan adalah salah satu daerah administratif khusus wilayah nya, yang status nya sama seperti Hongkong dan Macau, sehingga Beijing pun berhak atas Taiwan. Di lain sisi Washington banyak mengirim peralatan tempur ke Taiwan, tindakan tersebut membuat Beijing murka dan menyebut tindakan Washington tersebut sebagai tindakan yang sangat menjijikan tindakan ini membuat hubungan Beijing dan Washington semakin memanas dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu titik panas dalam konflik ini adalah klaim Tiongkok yang dikenal dengan 'nine-dash line', yang tumpang tindih dengan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia di Laut Natuna Utara yang berbatasan langsung dengan laut sengeketa tersebut. Klaim ini telah menimbulkan ketegangan, terutama ketika kapal-kapal Tiongkok memasuki perairan tersebut, yang Indonesia anggap sebagai pelanggaran kedaulatan.
Ancaman lain yang muncul dari konflik ini adalah peningkatan aktivitas ilegal seperti pencurian ikan dan perompakan, tindakan ini tidak hanya merugikan ekonomi lokal tetapi juga menimbulkan risiko keamanan yang sangat serius bagi Indonesia. Selain itu, Tiongkok yang terus terusan bersitegang dengan tetangganya seperti Taiwan, Vietnam, Philipina, Malaysia, Jepang, Korea Selatan dan Indonesia tentunya. Tiongkok memang sering kali berselisih atau bersitegang dengan tetangga nya sendiri, dan baru-baru ini saja tepatnya pada tanggal 21 Februari 2024, sebanyaak 13 coast guard Tiongkok mendekatin wilayah perairan sekitar Taiwan dan membuat panik sebagian besar warga, tindakan Tiongkok ini dilakukan tidak hanya sekali ataupun dua kali akan tetapi sengat sering dilakukan dan membuat Taiwan geram kepada tindakan provokasi Beijing tersebut, kapal penjaga pantai Philipina di semprot pakai water cannon oleh Coast Guard China di wilayah perairan milik Philipina sendiri.    Itu hanya sebagian kecil provokasi yang dilakukan Beijing terhadap Taiwan, di lain sisi Indonesia harus sangat waspada terhadap perkembangan yang terjadi di laut China Selatan pasal nya posisi Indonesia yang sangat dekat dengan wilayah yang sedang dan akan terjadinya konflik sekala kecil maupun besar pasti akan  terjadi, tidak mungkin tidak akan terjadi ntah dalam waktu dekat maupun di masa depan. Karena ada wilayah kita yang berhadapan langsung dengan laut China Selatan yaitu pulau Natuna, yang merupakan pulau penting bagi Indonesia sehingga saya pikir Indonesia harus dan wajib memoderenisasi Militer besar-besaran harapan nya supaya jika terjadi perang di laut China Selatan Indonesia siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi. Apa yang di lakukan kementerian pertahanan baru-baru ini menurut saya sangat tepat yaitu membeli alutsista baru menggantikan alutsista yang sudah tua atau usang, seperti pengadaan pesawat tempur Rafale, KF-21 Boramae, Frigate merah putih, kapal selam scorpene, OPV PPA, Airbus A400M, drone dari turki dan beberapa alutsista lainnya. Walaupun menurut pandangan saya sangat jauh atau kurang dengan kebutuhan pertahanan negara seluas Indonesia, akan tetapi langkah awal pak prabowo patut diberi apresiasi, karena ini sebagai langkah awal yang baik. Sudah sepatut nya Indonesia harus memperbanyak dan memperkuat lagi Angkatan Laut dengan menambah beberapa frigat dan kapal selam lagi, bila memungkinkan Indonesia harus membeli Destroyer demi meningkatkan kekuatan Angkatan Laut. Indonesia harus mengambil langkah-langkah strategis, baik dalam hal pertahanan maupun diplomasi. Peningkatan kapasitas Angkatan Laut Indonesia dan kerja sama dengan negara-negara ASEAN lainnya merupakan bagian dari upaya pertahanan yang sangat di haruskan. Bila memungkinkan Indonesia sebaiknya menambah lagi beberapa pangkalan militer di pulau Natuna, Tarakan dan sebagian wilayah Indonesia Utara lainnya seperti pangkalan militer Angkatan Laut maupun Angkatan Udara. Di sisi lain, Indonesia juga harus lebih aktif dalam forum-forum internasional untuk menegaskan posisinya dan mencari solusi damai melalui jalur diplomasi. Penting bagi Indonesia untuk terus mengembangkan strategi yang komprehensif dalam menghadapi ancaman ini. Hal ini tidak hanya mencakup aspek militer, tetapi juga penguatan hukum internasional, kerja sama regional, dan diplomasi multilateral. Dengan demikian, Indonesia dapat memastikan bahwa kedaulatan wilayahnya terjaga, sekaligus berkontribusi pada stabilitas dan perdamaian regional. Semua elemen lapisan masyarakat Indonesia harus sadar bahwa konflik ini sangat serius dan berdampak buruk bagi keberlangsungan negara kita, bila tidak secepatnya berbenah mengenai konflik yang sedang berlangsung.
Kesimpulan
Konflik dilaut Cina Selatan merupakan ancaman yang sangat serius terhadap kelangsungan wilayah Indonesia. Ancaman ini tidak hanya berdampak pada keamanan laut dan wilayah Indonesia, tetapi juga dapat mempengaruhi stabilitas regional. Untuk mengatasi konflik ini, Indonesia harus melakukan diplomasi yang aktif dengan Tiongkok dan negara-negara lain di kawasan untuk menyelesaikan perbedaan dan meningkatkan keamanan dan stabilitas regional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H