[caption caption="Pixabay.com"][/caption]
Aku menghitung bintang
karena kerlap-kerlipnya
untuk bisa melihat lagi
wanita-wanita penjual kopi
di pinggir jalan, di bawah jembatan layang
juga menjual pisau untuk mengiris sepi
memotong hasrat kelelakian
pengais mimpi jalanan
agar mulutnya tersumpal roti.
Kalau beruntung
aku bisa melihat tuan tanah
menaburkan benih malam
kemudian tumbuh bunga jalan raya
di sepanjang trotoar.
Pemuda-pemuda menyembelih botol
di pojok yang remang
sambil bercanda dengan puntung-puntung rokok
tak terusik suara bising kendaraan
mungkin otaknya sudah teler.
Oh, hidup macam apa ini?
malam yang tak pernah tidur
menyaksikan meraka saling meniduri
bunga-bunga jalan raya
pemuda-pemuda teler
istri-istri kesepian
lepaki jalang
meraka melepas hati
dan mengantungnya di bawah jembatan layang.
Malang, 10 Februari 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H