[caption caption="Pixabay.com"][/caption]
Pagi ini, mentari terjaga di timur jauh
bias kemerahan menyaput awan tipis
membias di celah-celah langit
dan aku menikmati kehangatan secangkir kopi
sambil--lalu memerhatikan suasana.
kudengar cuitan burung gereja jantan
di ranting cermara samping jembatan
memanggil-manggil kekasihnya
yang sedang berselingkuh di pohon mangga,
dengan seekor gagak
yang sedang memecah matahari.
Tapi Sang Betina tak peduli
ia sudah mantan
karena sudah tidak berkuasa
tidak mempunyai kedudukan
yang masih sok-sokan peduli
pada keadaan
dengan cuitan-cuitan keprihatinannya.
Burung gereja jantan
berusaha mencuri perhatian
ia membayar Si Kuntul yang bego
untuk mengusik keasyikan kekasihnya
maka dibuatlah demo, keributan
dan huru--hara
yang dibungkus keyakinan
religius.
Si Betina bergeming
bahkan semakin mengumbar kemesraan
dengan pecahan-pecahan matahari
yang mereka tebar di sepanjang jalan
agar tak ada lagi
yang bermimpi
di bawah kolong jembatan.
Burung gereja jantan menangis
sawah mulai kering
dan akan semakin kering
karena kekasihnya
lebih peduli pada orang pinggiran.
Malang, 09 Februari 2017
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H