Mohon tunggu...
Pairunn Adi
Pairunn Adi Mohon Tunggu... Administrasi - Penyuka fiksi

Seorang Kuli Bangunan yang sangat suka menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi│Kampung Lahirku Kini

29 Juli 2018   10:13 Diperbarui: 29 Juli 2018   10:16 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tawa sinis perut buncit
Muka putih
Leher berdasi
Selalu terlihat di pagi hari
Ketika peluh membasahi tubuh-tubuh legam
Dahi menghitam
Tersengat matahari
Demi sesuap nasi

Di kampung ibuku
Budaya terhantam kapitalis
Terkikis mimpi
Yang disemai negeri asing

Kebersamaan semakin renggang
Persatuan semakin longgar

Warisan nenek moyang
Perlahan melindap
Tertutup gemerlap ego
Dan dogma
Tentang hidup sendiri
Sendiri dalam kemewahan

Oh, inikah tanahku,
Yang dulu membesarkan aku
Dengan rajutan kasih?

Empati tak ada lagi
Hanya basa-basi
Saling makan
Saling tikam
Menjadi hal yang biasa

Kini, di tanahku,
Hati-hati menjadi bisu
Nurani-nurani menjadi buta
Hanya aku yang ada

Malang, 28 Juli 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun