Mohon tunggu...
Pairunn Adi
Pairunn Adi Mohon Tunggu... Administrasi - Penyuka fiksi

Seorang Kuli Bangunan yang sangat suka menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sajak Malam di Bawah Jembatan Layang

10 Februari 2017   17:35 Diperbarui: 10 Februari 2017   17:51 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Pixabay.com"][/caption]

Aku menghitung bintang
karena kerlap-kerlipnya
untuk bisa melihat lagi
wanita-wanita penjual kopi
di pinggir jalan, di bawah jembatan layang
juga menjual pisau untuk mengiris sepi
memotong hasrat kelelakian
pengais mimpi jalanan
agar mulutnya tersumpal roti.

Kalau beruntung
aku bisa melihat tuan tanah
menaburkan benih malam
kemudian tumbuh bunga jalan raya
di sepanjang trotoar.

Pemuda-pemuda menyembelih botol
di pojok yang remang
sambil bercanda dengan puntung-puntung rokok
tak terusik suara bising kendaraan
mungkin otaknya sudah teler.

Oh, hidup macam apa ini?
malam yang tak pernah tidur
menyaksikan meraka saling meniduri
bunga-bunga jalan raya
pemuda-pemuda teler
istri-istri kesepian
lepaki jalang
meraka melepas hati
dan mengantungnya di bawah jembatan layang.

Malang, 10 Februari 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun