Aku menangis
menangis
melihat runcingnya tombak
Kilau putihnya pedang
tergenggam erat
saudara-saudarku dari timur
barat
selatan dan utara.Â
Panji-panji meraka kibarkan
ada yang putih
hitam
ada juga yang merah.Â
Berduyun-duyun ke tempat tinggi
bersorak-sorak saling serang
saling hina
saling caci.Â
Di setiap sudut-
Sudut kota yang gelap
menunggu kesempatan
menunggu kesalahan
untuk saling menjatuhkan.Â
Ah..., ibu, aku menangis
menangis
melihat tingkah mereka.
Aku menangis
menangis
melihat saudara-saudaraku lupa
lupa rahimmu
karena angin surga
membuai angan-angan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H