Mohon tunggu...
Pairunn Adi
Pairunn Adi Mohon Tunggu... Administrasi - Penyuka fiksi

Seorang Kuli Bangunan yang sangat suka menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tangisku

25 Oktober 2016   08:24 Diperbarui: 25 Oktober 2016   20:56 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Pixabay.com

Aku menangis
menangis
melihat runcingnya tombak
Kilau putihnya pedang
tergenggam erat
saudara-saudarku dari timur
barat
selatan dan utara. 

Panji-panji meraka kibarkan
ada yang putih
hitam
ada juga yang merah. 

Berduyun-duyun ke tempat tinggi
bersorak-sorak saling serang
saling hina
saling caci. 

Di setiap sudut-
Sudut kota yang gelap
menunggu kesempatan
menunggu kesalahan
untuk saling menjatuhkan. 

Ah..., ibu, aku menangis
menangis
melihat tingkah mereka.

Aku menangis
menangis
melihat saudara-saudaraku lupa
lupa rahimmu
karena angin surga
membuai angan-angan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun