Mohon tunggu...
Pairunn Adi
Pairunn Adi Mohon Tunggu... Administrasi - Penyuka fiksi

Seorang Kuli Bangunan yang sangat suka menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[Puisi] Menggantung Mimpi Sebiji

2 Oktober 2016   07:32 Diperbarui: 2 Oktober 2016   09:48 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepagi rabun ayam mulai menghilang, kokok menyambut fajar, sambung menyambung suara riuhnya. Sepagi itu cangkul terpanggul, di pundak yang kokoh, tangan kekar, jiwa tegar, membolak-balikan tanah tanpa lelah.

September mulai basah, rekah tanah hilang ditelan hujan, gembur oleh tangan-tangan perkasa. Senyum secercah asa mengantung, biji-biji tertabur bersama mimpi lelaki paruh baya.

Sang kekasih setia, lembut sentuhan kasih merawat kandungan dalam rahim. Kesabaran, ketabahan, melekat dalam jiwa tangguhnya. Serupa hujan yang meniupkan roh pada biji-biji, ia rawat, agar tumbuh hingga mereka menuai nikmatnya.

Di awal musim
Hujan basahi bumi
Semaikan benih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun