Mohon tunggu...
Dicky Setiawan
Dicky Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - umum

seorang penulis lepas, peminat banyak hal

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Perempuan Sebagai Pemimpin Iklim Untuk Membantu Pencegahan Perubahan Iklim

30 April 2024   10:17 Diperbarui: 30 April 2024   10:41 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ancaman Terjadinya Perubahan Iklim

Saat ini dunia sedang dihadapkan pada ancaman perubahan iklim yang dapat terjadi seiring dengan kerusakan lingkungan yang terus terjadi. Terjadinya perubahan iklim dapat menyebabkan dampak yang luas dan signifikan. Berdasarkan proyeksi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), antara tahun 2030 dan tahun 2050 diperkirakan bahwa perubahan iklim dapat menyebabkan sekitar 250.000 kematian akibat permasalahan malnutrisi, malaria, diare, dan tekanan panas saja. Kerugian langsung terhadap kesehatan diperkirakan mencapai US$ 2–4 miliar per tahun pada tahun 2030. Dengan luas dan besarnya dampak yang dihasilkan, menjadi penting untuk dapat mencegah terjadinya perubahan iklim melalui berbagai upaya yang dapat dilakukan.

Indonesia  juga merupakan negara yang turut mempercepat terjadinya perubahan iklim, hal ini dikarenakan banyaknya polutan yang dihasilkan oleh banyak aktivitas masyarakat. Banyaknya penggunaan kendaraan bermotor dan aktivitas industri di Indonesia telah menghasilkan polutan yang mencemari udara, selain mencemari lingkungan, polutan tersebut juga menyebabkan penyakit seperti gangguan pernapasan. Emisi gas buang yang dihasilkan dari kendaraan bermotor dan aktivitas industri kemudian menyebabkan terjadinya efek rumah kaca, efek tersebut menyebabkan energi yang dihasilkan sinar matahari tidak dapat terpantul keluar bumi.

Selain itu, terjadinya deforestasi pada wilayah hutan di Indonesia juga turut berkontrubusi terhadap terjadinya perubahan iklim. Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menunjukan bahwa deforestasi netto pada wilayah hutan di Indonesia tahun 2021 -2022 adalah sebesar 104 ribu ha, jumlah tersebut dapat terus meningkat seiring laju deforestasi yang sulit untuk dihentikan. Tingginya deforestasi di Indonesia disebabkan oleh adanya dua faktor yaitu untuk kebutuhan untuk perluasan lahan pertanian dan perkebunan serta untuk memenuhi kebutuhan pembangunan pemukiman. Dengan berkurangnya luas wilayah hutan di Indonesia kemudian semakin mengurangi kemampuan hutan dalam menyerap karbondioksida yang produksinya semakin meningkat seiring banyaknya aktivitas masyarakat seperti penggunaan kendaraan bermotor dan aktivitas industri. Berkurangnya luas wilayah hutan juga mengurangi kemampuan hutan dalam menghasilkan oksigen yang penting bagi manusia.

Gaya hidup masyarakat juga turut mempengaruhi percepatan terjadinya perubahan iklim, hal ini dapat terlihat dari banyaknya sampah yang dihasilkan oleh aktivitas sehari-hari masyarakat. Berdasarkan data Komposisi Sampah Berdasarkan Jenis Sampah yang dihimpun dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) menunjukan bahwa jenis sampah sisa makanan merupakan jenis sampah yang mendominasi, dengan jumlah sebesar 40,5%, jumlah tersebut merupakan jumlah yang terbesar dibandingkan jenis sampah lainnya yang ditemukan di Indonesia.

Banyaknya sampah sisa makanan di Indonesia banyak dihasilkan dari food loss dan food waste. Dengan proses produksi dan distribusi makanan yang buruk kemudian meningkatkan risiko adanya makanan yang terbuang dan menjadi sampah, hal tersebut dinamakan food loss. Sedangkan sampah sisa makanan yang dihasilkan dari fenomena food waste dapat terjadi akibat banyaknya sisa produk makanan yang tidak terjual dan makanan yang tidak dihabiskan oleh pengunjung restoran, sisa makanan tersebut kemudian menjadi sampah. Kondisi diperburuk dengan banyaknya sampah sisa makanan yang tidak mampu tertampung oleh fasilitas pengolahan sampah, hal tersebut kemudian menyebabkan sampah sisa makanan menjadi tidak terolah, dan bahkan tercecer mengotori dan mencemari lingkungan.

Selain sampah sisa makanan, Indonesia juga dihadapkan pada permasalahan sampah plastik. Sampah sisa makanan merupakan jenis sampah lainnya yang banyak ditemukan dalam data Komposisi Sampah Berdasarkan Jenis Sampah yang dihimpun dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional adalah jenis sampah plastik dengan jumlah 18,40% dari total jumlah keseluruhan jenis sampah, jumlah tersebut merupakan jumlah terbesar kedua setelah jumlah sampah sisa makanan yang ditemukan di Indonesia. Banyaknya sampah plastik di Indonesia diakibatkan oleh banyaknya produk kebutuhan yang dibungkus oleh plastik, selain itu, masih banyak ditemukan berbagai aktivitas masyarakat yang masih menggunakan kantung plastik.

Adanya berbagai permasalahan tersebut menunjukan bagaimana masyarakat memiliki kesadaran yang rendah terhadap lingkungan, hal tersebut kemudian mendorong percepatan terjadinya perubahan iklim yang dapat membahayakan. Penting untuk segera melakukan upaya pencegahan dan mitigasi dampak kerusakan lingkungan, sehingga dapat mencegah terjadinya perubahan iklim.

Peran Penting Kaum Perempuan dalam Pencegahan Perubahan Iklim

Dalam upaya untuk membentuk kesadaran masyarakat terhadap lingkungan khususnya ancaman perubahan iklim, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melibatkan kaum perempuan sebagai pemimpin iklim (climate leaders). Pemimpin iklim merupakan aktivis yang bergerak secara individu maupun kelompok, para pemimpin iklim bertugas untuk memastikan bahwa aksi iklim diintegrasikan ke dalam semua pengambilan keputusan, namun kepemimpinan adalah tanggung jawab semua orang.

Dalam lingkup sederhana, sebagai upaya untuk mencegah terjadinya perubahan iklim, kaum perempuan sebagai pemimpin iklim dapat melakukan perubahan gaya hidup dan kebiasaan berbasis lingkungan. Sedangkan dalam lingkup yang lebih luas, kaum perempuan sebagai pemimpin iklim dapat melakukan kampanye, bahkan edukasi untuk menggerakkan dan membentuk kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Contoh nyata peran kaum perempuan sebagai pemimpin iklim dapat terlihat dari para aktivis perempuan dari berbagai negara yang telah banyak berkontribusi terhadap penanganan masalah perubahan iklim, aktivis tersebut diantaranya adalah Illyess El Korbi, Dominique Palmer, Elizabeth Wanjiru Wathuti, Leah Namugerwa, Michaela Loach, Tori Tsui, Fataou Jeng, Greta Thunberg, Ecaterina Lutisina. Di Indonesia sendiri terdapat banyak aktivis perempuan yang juga berperan sebagai pemimpin iklim, salah satu aktivis tersebut adalah Petronela Merauje yang berdedikasi melestarikan lingkungan melalui keberhasilannya dalam memimpin aksi penanaman hutan, menginisiasi kampanye bersih lingkungan, dan memberikan edukasi kepada masyarakat untuk mendorong pengurangan sampah plastik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun