Dua hari yang lalu, sore hari tepatnya, aku menanti pengumuman jadwal daftar ulang untuk mahasiswa baru di salah satu kampus swasta di Sukabumi. Btw, gak ada kampus negeri di Sukabumi, hehe.
Nah, aku lolos beasiswa di kampus tersebut. Beasiswa Bupati 2021 tepatnya. Aku mengikuti seleksi beasiswa itu sejak bulan Maret lalu, diawali dengan daftar, tes, pengumuman, peresmian, hingga daftar ulang kemarin. Total seribuan lebih yang mendaftar, hanya sekitar 150an orang saja yang lolos, dan, alhamdulillah, aku termasuk dalam 150 orang tersebut.
Dari segi akademis, aku termasuk kategori baik dan punya kemungkinan lolos di PTN. Tapi beberapa hari sebelum pendataan siswa yang hendak mengikuti SNMPTN di sekolah, aku jatuh sakit. Akibatnya aku tidak ikut SNMPTN dan memutuskan menunda rencanaku untuk kuliah dengan bekerja.Â
Beberapa hari setelah itu, seorang teknisi lab di sekolahku memberitahu bahwa ada beasiswa di salah satu universitas di Sukabumi. Daftarnya gratis, itu yang menjadi hal kedua yang menjadi alasanku mengejar beasiswa ini setelah hasratku untuk melanjutkan pendidikan. Sedangkan beberapa teman yang lain mengejar mimpinya untuk masuk PTN.
Alhamdulillah, serangkaian tes yang aku jalani membuahkan hasil manis. Aku lolos seleksi dan dinyatakan diterima di kampus tersebut. Ya, meski kampus swasta, aku tetap bangga atas pencapaian tersebut. Betapa tidak, aku bisa lolos dan menyingkirkan setidaknya 900an kandidat lain yang mengikuti seleksi itu.Â
Setelah menunggu kurang lebih dua bulan, tiba masanya untuk daftar ulang. Jujur, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan ketika daftar ulang. Sore itu, admin kampus akhirnya memberitahu jadwal daftar ulang khusus untuk penerima beasiswa bupati tahun 2021. Aku dijadwalkan untuk daftar ulang di hari Senin, 21 Juni 2021 kemarin. Aku bersiap dengan mempersiapkan berkas-berkas yang diperlukan. Selain itu, aku juga memilih baju yang rapi untuk dipakai ke kampus. Maklum, kesan pertama, harus terlihat rapi dan ganteng, hehe.Â
Pagi pukul setengah tujuh aku berangkat. Dari rumah, aku harus naik dua angkot untuk tiba di kampus. Angkot pertama adalah angkot jurusan Cikidang-Cibadak lalu dilanjutkan dengan angkot kedua yang berwarna biru muda jurusan Cibadak-Cisaat.Â
Turun dari angkot, aku langsung disambut gedung kampus yang konon keren itu. Tinggi menjulang, elegan, modern, dan keren. Suasana kampus masih sepi, belum terlihat gerak-gerik mahasiswa beralmamater ungu di sana. Baru beberapa motor dan mobil saja terparkir rapi di parkiran dekat kantin.
Ada dua gedung di sana, gedung A dan gedung B. Untuk daftar ulang, aku harus menemui resepsionis kampus di gedung A. Tapi masalahnya adalah aku tidak tahu yang mana gedung A dan gedung B. Apakah gedung yang baru, yang lebih besar, ataukah gedung lama yang berukuran lebih kecil namun memiliki tinggi yang tak jauh berbeda. Dalam kebingungan itu, aku memutuskan bertanya ke satpam. Satpam dengan ramah memberitahu bahwa gedung A adalah gedung lama sembari menunjukan gedungnya.Â
Aku berterima kasih dan begegas masuk ke gedung itu. Begitu masuk, aku disuguhi pemandangan yang biasa saja. Deretan kursi tunggu yang teronggok kosong di dekat dinding, lalu meja resepsionis di sebelah kanan pintu masuk, di samping meja itu ada ruangan, lift, dan toilet. Tidak istimewa karena tak ada hal baru di sana. Aku berharap menjumpai deretan buku di ruangan itu, namun ternyata perpustakaan sudah pindah ke lantai enam.Â
Aku mendatangi meja resepsionis dan bertanya terkait daftar ulang untuk mahasiswa baru jalur beasiswa bupati dan aku disuruh untuk menunggu karena ternyata ada mahasiswa baru yang lebih dahulu datang dan sedang dilayani. Aku mengiyakan dan duduk di bangku samping kanan meja resepsionis. Niatnya adalah untuk mengantisipasi kalau-kalau ada mahasiswa baru lain datang dan menyerobot giliranku. Kalau dekat kan enak, tinggal melangkah saja, pikirku.Â