Daku si buruk rupa, daku yang tak sempurna
Gila aku menggilaimu, gila aku mengharapmu
Mencari indah menjadikan sempurna, hanyalah mimpi dan angan belaka
Tidakkah kau memikirkan ini ? maka disini jiwaku sendiri
Coba kau potong nadiku, berdarahlah aku merah beku
Jika lautan biru, disitu inginmu berlabu
Bukanlah aku, tempatmu berteduh
Aku si using nan berdebu, tak ingin hilang senyummu yang dulu
Hingga mataku lunglai sayu, tak ingin hilang seutuhmu dalam kalbu
Seribu bintang menemani, butiran halus pasi ini
Dating dan hilang tertiup angina, desiran ombak menemani
Gelap dan sunyi, laut tenang
Bagai cermin raksasa, diatas bumi
Hanya menilai dan memandang yang lain, cobalah nilai aku sebagai kamu
Ramai … bising …  hancur …  banting …  diam … anjing … debu … pasir … genggam … pergi ….
Apa guna aku disini, hanya menjadi yang tersisir
Melangkah dan pergi, lalu kembali
Katanya mentaripun sendiri, tapi ia jauh lebih berarti
Jika begitu, jadikan aku dwi mentari
Seing aku mencoba menyainginya, sering aku merasa lebih baik darinya
Dan ku coba untuk membuktikannya, tapi semua itu hanya mempermalukan daku saja
Berkerut keningku, tak tertahan emosiku
Merah wajahku, kutahan amarahku
Begitu malu aku memandangmu, berat kelopak mataku tuk melihatmu
Hanya tertunduk, hanya berkecap
Hanya suara hela nafasku yang terdengar
Begitu sulit aku menggapaimu.
(R.V) Â Â Â Â Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI