Mohon tunggu...
Pahlevi Prasetyo
Pahlevi Prasetyo Mohon Tunggu... -

Peduli Kebenaran

Selanjutnya

Tutup

Politik

Yeah, Ternyata Jokowi Cuma Nyontek SBY

11 Agustus 2014   15:24 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:51 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak sekali tindakan Jokowi yang hanya mencontek program SBY. Sayang, doi tidak pernah mengakui bahwa dia hanya mencontek. Eladalah, kadang malah suka mengklaim bahwa itu adalah inisiatif diri dan timnya. Contohnya tentang dukungan kepada Palestina. Sejak dulu juga, pemerintahan SBY sudah dukung Palestina merdeka. Sudah banyak tindakan dan aksi nyata mendukung negara yang dijajah Israel itu. Lalu, soal industri pertahanan dalam negeri. Jokowi merasa sebagai pihak yang akan mengutamakan produk dalam negeri. Yang disebutnya hanya panser atau tank Anoa... atau mau bikin tank banteng katanya. Hehehe... biar namanya sama dengan partai pengusung ya.

Padahal, sejak 2004 lalu, SBY memang sudah membangun industri pertahanan dalam negeri. Sudah dijalankan dan diprogramkan bahwa dengan payung hukum undang-undang khusus industri pertahanan dalam negeri. Undang-undang yang benar-benar baru lahir pada masa pemerintahan SBY. Hasilnya... kini Indonesia termasuk salah satu negara yang sukses mengekspor berbagai macam peralatan termpur termasuk kapal perang. Orang lain yang bikin, kok tim Jokowi yang mengklaim...

Nah yang terbaru adalah tentang transisi pemerintahan. Jokowi bikin tim transisi dan diklaim sebagai terobosan baru. Eladalah lagi... sejak sebelum Pemilu 2014 ini, SBY sudah berkali-kali mencanangkan dan memprogramkan sebuah transisi pemerintahan dari pemerintahan dirinya kepada pemerintahan baru, dengan mulus. Bahkan SBY sudah menyiapkan dokumen transisi yang disusunnya untuk kepentingan pemerintahan baru. Tim Jokowi mengetahui rencana SBY tersebut sejak jauh-jauh hari, dan membuat tim sebagai respon terhadap program transisi SBY.  Baca deh tulisan saya bulan Mei lalu, jauh sebelum isu transisi ramai dibicarakan sekarang (http://politik.kompasiana.com/2014/05/26/ternyata-inilah-target-pribadi-sby-657879.html).

Lihat saja sepak terjang SBY selama Pemilu 2014. Dia tidak pernah ngoyo untuk mengurusi kepentingan diri, kelompok dan partai politiknya. SBY lebih mengutamakan kepentingan bangsa, yaitu memperjuangkan berhasilnya pelaksanaan Pemilu 2014 termasuk Pilpres. Bahkan SBY ngotot untuk tetap netral meskipun banyak kalangan termasuk dari internal partainya sendiri, agar SBY mendukung salah satu capres. Tapi hal itu tidak dilakukan. SBY tetap netral dan menjaga seluruh PNS serta aparat pemerintahan untuk tetap netral. Sikap SBY tersebut sekarang benar-benar tepat, karena Pilpres yang berjalan baik serta damai itu, masih menyisakan sengketa di Mahkamah Konsttitusi.

Sejak awal SBY bertekad menjadikan pemilu 2014 sebagai proses transisi demokrasi yang mulus. SBY akan tercatat dalam tinta emas sejarah Indonesia, sebagai presiden pertama yan menyerahkan kekuasaan kepada penggantinya dengan elegan, dengan mulus, dengan terhormat serta tentu saja dengan penuh kedamaian. Untuk mencapai hal tersebut, SBY melakukan segalanya. SBY benar-benar menjaga agar demokrasi yang sudah berjalan di Indonesia, terus membaik dan mencapai kedewasaannya.

Jadi, transisi pemerintahan yang sudah disiapkan SBY sejak setahun atau dua tahun yang lalu (mungkin ya), kini sudah mendekati waktunya. Jokowi dan timnya tinggal tenang-tenang saja menantikan proses transisi itu dengan baik. Tidak perlu mengklaim sebagai pihak yang menciptakan terobosan baru dalam bertransisi, karena transisi itu tergantung dari penguasa lama, bukan dari penguasa baru. Pada 2004 lalu, SBY sebagai presiden baru tidak mendapatkan proses transisi yang baik, karena presiden lama yaitu Megawati Soekarnoputri, tidak berjiwa besar menyerahkan tongkat estafet kekuasaan kepada penggantinya. Bahkan jiwa besarnya sampaii sekarang tidak muncul juga, karena masih dendam kepada SBY.

Memang butuh jiwa besar untuk menyerahkan kekuasaan kepada penguasa baru, apalagi jika penguasa baru itu berasal dari pihak yang selama ini berseberangan. Tapi untunglah, kita punya pemimpin berjiwa besar dalam diri SBY, karena sejak awal bertekad dan menyiapkan diri untuk melaksanakan proses transisi dengan sebaik-baiknya, siapapun penggantinya, apakah dari pihak sendiri atau dari pihak yang berseberangan. Bahkan, SBY sudah menyiapkan dokumen lengkap (bukan hanya menyiapkan APBN 2015 lho) tentang apa yang sudah dilakukan pemerintah dan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Memang begitu seharusnya transisi...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun