Mohon tunggu...
pahlawan bertopeng
pahlawan bertopeng Mohon Tunggu... -

pahlawan bertopeng

Selanjutnya

Tutup

Politik

Andi Widjojanto, Ngono Yo Ngono Ning Ojo Ngono

23 April 2015   09:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:46 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ini adalah tentang pidato Presiden Jokowi yang menurut kabar disambut hangat oleh peserta KAA. Pidato tersebut juga dieluk-elukan sebagai pidato hebat dan berani, bahkan oleh orang-orang yang selama ini dipandang  sebagai musuh, misalnya Fachri Hamzah, Wakil Ketua DPR dari PKS. Lihat komentarnya dalam berita berikut: Fahri Hamzah Puji Pidato Jokowi dalam Pembukaan KAA. Isi pidato itu disebutnya: "penuh percaya diri, tajam, dan tidak bertele-tele". Menurut Fahri, pidato tersebut mengembalikan audiens, termasuk semua kepala negara yang hadir, kepada memori lama perlunya negara Asia Afrika bangkit. Dengan pidato itu, lanjut dia, negara Asia Afrika memiliki kepercayaan diri untuk mengatasi persoalan dunia.

Yang menjadi persoalan adalah, pemberitaan yang berkembang bukan hanya terfokus pada isi berita itu, namun juga: Siapa yang membuat teks pidato itu? Isi berita tersebut seolah mempertanyakan dan meragukan kemampuan presiden untuk membuat isi pidato yang mengagumkan semacam itu. Konyolnya, hal itu dijawab dengan polos oleh Sekretaris Kabinet Andi Widjojanto, dengan menguraikan siapa saja yang menyusun isi pidato itu (lihat berita berikut).

Ada beberapa indikasi yang dapat dianalisis dari kejadian ini, diantaranya:

Pertama, pers dan juga masyarakat secara bawah sadar meragukan kemampuan presiden dalam menyampaikan ide-idenya, sehingga pidato hebat itu dengan serta merta dikaitkan dengan tim hebat di belakangnya,

Kedua, tidak elegannya tim di belakang presiden untuk mengungkapkan mereka sebagai tim penyusun pidato, hanya beberapa saat setelah tepuk tangan bergemuruh untuk pidato yang disampaikan oleh presiden. Hal ini tidak lazim, sebagaimana disampaikan oleh Dradjad Wibowo dalam berita berikut. Ungkapan ini secara implisit merupakan pengecilan peran Presiden oleh anak buahnya sendiri. Apa yang disampaikan Andi tersebut seolah mengkonfermasi kejengkelan Effendi Simbolon yang menyebut Andi WIdjojanto sebagai anak kecil dan tidak berpengalaman.

Seharusnya memang, sebagai anak buah, Andi Widjojanto tahu menempatkan diri, jangan bertindak melebihi batas, sehingga mengurangi kehormatan presiden. Kalau orang Jawa mungkin dapat diucapkan dengan Ngono yo Ngono ning Ojo Ngono, atau jangan kelewatan!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun