Mohon tunggu...
pahlawan bertopeng
pahlawan bertopeng Mohon Tunggu... -

pahlawan bertopeng

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Memang Sungguh Kasihan Pak Prabowo

22 Maret 2015   22:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:16 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sungguh kasihan memang Pak Prabowo selalu menjadi sasaran tembak orang-orang yang belum juga move on dari Pilpres lalu. Ironisnya, hal ini dilakukan oleh orang-orang yang selalu menuduh orang lain tidak pernah move on. Mungkin memang Pilpres lalu merupakan momen-momen terindah yang tak mudah untuk dilupakan, maka setiap hal yang terjadi saat ini akan selalu dikaitkan dengan apa yang terjadi pada Pilpres lalu. Kegagalan pemerintahan saat ini akan dengan mudah dihubungkan dengan upaya mereka yang belum siap kalah, siapa lagi kalau bukan Prabowo dan antek-anteknya, kata mereka. Namun kalau ada keberhasilan, kalaupun ada, mereka akan menepuk dada, membandingkan dengan hipotesis mereka apabila Prabowo yang menang, sekali lagi, hipotesis, karena memang agak susah bicara real world pada orang yang masih berhalusinasi.

Tulisan ini sebenarnya lanjutan tulisan yang lalu, yang ternyata sudah ditanggapi dengan anonim oleh yang bersangkutan. Parahnya, orang ini menyebut Prabowo sebagai latar belakang mengapa saya menulis seperti kemarin. Sungguh keparahan halusinasi yang amat sangat, karena tak satu katapun dalam tulisan kemarin yang kalau diprint mungkin bisa berlembar-lembar itu, menyebutkan kata Pak Prabowo di dalamnya. Lalu bagaimana bisa tulisan itu dikaitkan dengan kegagalan move on akibat kekalahan Pilpres yang lalu? Siapa yang gagal move on kalau begitu?

Tambahan lagi, dikatakan oleh ybs bahwa tulisan itu didasari juga oleh rasa iri karenaa seringnya tulisan ybs TA. Sebenarnya iri bukan kata yang tepat, karena TA dapat ditulis oleh siapa saja, asalkan tulisan tersebut kontroversial, biasanya bertopik politik, dan seringkali mendukung, memuja atau justru mencela dengan membabi buta. Lihat saja, pasti banyak yang membaca, dan konsekuensinya tentu akan mendapat TA. Yang patut menjadi lahan keirian sebetulnya adalah mereka-mereka yang sering menjadi Headline, sungguh hebat mereka mampu menulis topik-topik menarik, inspiratif dan informatif. Saya terus terang belum pernah mendapatkan itu, entah ybs yang sering TA itu pernah nangkring di HL tidak, saya kok sepertinya jarang menemui :)

Saya jelaskan sekali lagi dengan pelan-pelan dalam tulisan ini, tulisan yang lalu merupakan kegelisahan saya mengenai banyaknya tulisan di blog keroyokan ini yang menurut saya tidak mencerminkan kondisi riil di lapangan. Tengoklah rakyat kecil yang menjerit, tengoklah kaum intelektual yang mulai bersuara keras, tengoklah budayawan-budayawan yang dahulu menjagokan presiden sekarang yang kini seolah menyesal. Masih kurangkah bukti, bahwa ada masalah dalam pemerintahan saat ini? Kalau ada orang yang menulis bahwa tidak terjadi apa-apa saat ini, apakah salah kalau disebut sedang berhalusinasi?

Parahnya lagi, orang ini  malahan menambahkan fakta bahwa dirinya sedang berhalusinasi dengan membuat tabel yang seolah sangat canggih, yang isinya adalah perkiraan yang akan terjadi dengan pemerintahan saat ini tahun per tahun. Dalam tabel tersebut diuraikan, bagaimana pemerintahan akan menuju keberhasilan yang gilang gemilang, lengkap dengan bagaimana reaksi masyarakat yang akan mengeluk-elukan dan reaksi para haters yang akan putus asa seputusasa-putusasanya. Di bawah tabel tersebut terdapat link sumbernya, yang saya kira sebelumnya merupakan hasil kajian dari sebuah lembaga penelitian, atau setidaknya lembaga survey apapun itu, abal-abal juga tidak apa-apa. Tapi yang terjadi ternyata, sumber link tabel itu adalah ya tabel itu sendiri, dalam bentuk gambar yang dibesarkan. Dan begitupun, dia begitu yakin dengan apa yang ada dalam tabel, seolah apa yang tertulis itu merupakan hal yang pasti terjadi. Padahal yang tertulis adalah hipotesis-hipotesis, perkiraan-perkiraan, dugaan-dugaan, yang bahkan berapa prosentase keberhasilannyapun tidak diketahui dengan jelas. Bagaimana saya tidak akan mengatakan bahwa yang bersangkutan sedang berhalusinasi?

Sebenarnya tulisan ini sangat perlu melampirkan link tulisan yang saya maksud, namun saya ragu, apakah hal itu tidak akan menyebabkan ybs tergerak hatinya untuk merengek ke admin agar tulisan ini dihapus. Maka saya mengambil kebijakan untuk membiarkan tulisan ini tetap anonim, dengan harapan kita sama-sama tahu 'you know who' dan ' you know what'nya. Salam Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun