Mohon tunggu...
Yani Boediantono
Yani Boediantono Mohon Tunggu... lainnya -

Seorang Perempuan Biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nikmat Diantara Duka

24 Mei 2011   08:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:17 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Entah kenapa ketika terlahir...di dunia
Melihat dan rasakan sejuta derita nestapa..
Tanah kering kerontang dibasahi airmata...
Mengapa di alam fana terlalu banyak durjana...


Berkedok pahlawan namun justru mereka penjahat..
Nada bicara kaum pintar....namun sesat...
Halalkan segala cara semua tekad dan niat...
Semata-mata untuk rakyat namun itu khianat...


Segala sistem diubah demi cita-cita dan harta...
Lupakan segala janji dan setia...
Mereka berkumpul mengumbar janji semata...
Menipu semua mata dan jiwa...


Sungguh...itu sangat memuakkan...
Segala tindakan dan perbuatan...
Diwarnai dengan kekerasan buatan...
Menghancurkan segala perlawanan...


Saling tipu dan benci....itulah mereka..
Seakan 1001 cara mencari kaya raya...
Mereka bersuka cita atas segala derita...
Sambil senandung ria di atas airmata....


Tobatlah sebelum azal itu datang..
Menghancurkan segala yang gemilang...
Menangislah atas bumi yang usang..
Bangkitlah hai kaum muda untuk meraih bintang...terang....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun