Kemudian, kita dapat mengikuti jejak Italia yang juga juara piala dunia empat kali seperti Jerman melalui pembinaan sepakbola yang sistematis. Meskipun sebagian besar klub sepak bola Italia tidak memiliki lapangan sendiri seperti kebanyakan klub sepakbola profesional di Indonesia, mereka punya sistem kompetisi berjenjang. Liga mereka berjenjang dimulai dari seri D-C-B-A. Liga atau kompetisi sepak bola Indonesia kurang berjenjang sehingga kualitas sepak bola profesional kita tidak melewati proses yang relatif memadai. Terakhir, Indonesia dapat meniru Korea Selatan yang masif menerapkan jam olah raga empat kali dalam seminggu. Cara Korsel relatif agaknya sulit ditempuh terkait beban kurikulum kita yang sudah sangat berat. Oleh karena itu, langkah masif minimal yang mudah dieksekusi, yaitu prioritaskan sepak bola dan filsafat olah raga menjadi materi pokok di tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah.***
(Pagar Sianipar, pecinta sepak bola dan siswa SSB Tunas Patriot, Bekasi 1999-2000)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H