Perdana menteri Palestina Ismail Haniya, Jum’at (24/2) mengunjungi Masjid Al-Azhar Cairo bersama rombongan para pejabat penting lainnya seperti Gamal Abdussalam pejabat bidang pembebasan Al-Quds, termasuk sejarahwan Mesir Dr.Raghib Sirjani dan seorang Pastur perwakilan persekutuan gereja Koptik. Tidak seperti Jum’at biasanya, kali ini gedung Masjid Al-Azhar dipenuhi sesak oleh jama’ah hingga meluber ke pinggir jalan. Kehadiran mereka disambut ratusan orang di dalam masjid yang telah berkumpul sejak dhuha untuk menyaksikan orasi yang akan disampaikan oleh perdana menteri pilihan rakyat Palestina tersebut. Dalam orasinya yang disampaikan sekitar satu jam tepat setelah sholat Jum’at selesai, beliau mengingatkan kembali akan sejarah Al-quds dahulu yang pernah ditaklukkan oleh pasukan Mesir yang dipimpin Shalahuddin Al-Ayyubi. Dan memanggil kembali hari ini, seluruh rakyat Mesir untuk kembali mengulang sejarah tersebut bersama-sama membebaskan Al-quds dari penjajahan Zionis Israel. “Mesir adalah gerbang menuju Tahrirul Quds (pembebasan Al-quds) dan Mesir adalah Shanna’u Tarikh (pencetak sejarah). Dari Mesir lah diharapkan kekuatan itu akan hadir untuk membantu saudara sesama muslim di Palestina”, ungkapnya. Dalam orasi spektakuler tersebut, beliau menyebutkan bahwa keadaan Palestina saat ini sangat membutuhkan pertolongan, ditinjau dari tiga aspek; politik (siyasiyah); ekonomi (iqtishadiyah) ; dan keamanan (‘askariyah). Beliau juga mengingatkan akan pencapaian terhadap kesatuan Umat Islam adalah hal yang paling penting. Umat Islam di seluruh Negara Arab, Mesir, Saudi, Suriah, Yaman, Sudan, Libya, maupun dimana saja, harus bersatu untuk merebut Al-Quds. Sebagaimana Imam As-Syahid Hassan Al-Banna pernah mengungkapkan bahwa kemenangan umat Islam terhadap Al-quds tidak akan tercapai kecuali dengan tiga poin pencapaian. Pertama, bahwa Umat Islam harus mempunya Iman dan Aqidah yang kuat (Al-Iman wal ‘Aqidah). Kedua adalah kesatuan umat Islam timur maupun barat (wahdatul ummah syarqiyah wal gharbiyah). Dan poin ketiga adalah kesiapan pasukan untuk berperang dan persenjataan ( As-sa’id wa As-Silaah), hingga umat siap untuk mengadakan penaklukan terbesar sepanjang sejarah nantinya. Ismail Haniya memanggil Umat Islam agar bersatu padu membangkitkan kembali kejayaan Islam dengan membebaskan Al-Quds. Mengembalikan lagi keharmonisan umat beragama Islam, Kristen, dan Yahudi di bawah bendera Islam yang dulu sangatlah dijaga di Palestina, mengembalikan arab ke sana, karena Islam adalah pemilik awal tanah yang dijajah ini.
Setelah itu, Gamal Abdussalam berorasi dengan menyampaikan penderitaan Umat Islam dan Arab yang diakibatkan dari penjajahan kaum Zionis di bumi Palestina. Mulai dari penghancuran masjid, kuburan, perumahan, hingga gereja kaum Kristen pun tak luput dihancurkan oleh Zionis Israel. Seperti Gereja Maryam yang telah diluluh lantakkan oleh mereka. Seorang pastur perwakilan dari persekutuan gereja koptik juga datang dan berpidato di dalam Masjid Al-Azhar sekitar sepuluh menit. Dalam pembukaan orasinya dia memulai dengan kalimat, “bismil ilahil waahid alladzi na’buduh, laa syarika lah” dengan nama Tuhan Yang Satu yang sama-sama kita sembah, tiada Tuhan selain dia. Beberapa muslim terkaget dengan hal tersebut dan mulai menaruh perhatian. Dalam orasinya dia menyebutkan, “ kesatuan Bangsa Arab mesti dibangkitkan kembali. Agar Al-quds bisa kembali direbut oleh Bangsa Arab atas Israel dan langkah ini akan dimulai dari Mesir,” ungkapnya optimis.Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H