Mohon tunggu...
Pagar Sianipar
Pagar Sianipar Mohon Tunggu... -

Saya berprofesi sebagai guru sejarah di SMAK 5 Penabur Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejarah Hindu-Budha & Kerajaan Hindu-Budha di Nusantara

27 September 2014   22:12 Diperbarui: 4 April 2017   16:33 11271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sejarah Hindu-Budha & Kerajaan Hindu-Budha di Nusantara

Agama Hindu lahir diperkirakan 1.500 SM di tanah india. Agama ini merupakan agama tertua yang memiliki konsep ketuhanan yang kompleks. Namun, agama Hindu sering dianggap sebagai agama yang polytheisme yang menyembah banyak dewa. Tiga dewa utama atau trimurti yang mereka percayai, yaitu Dewa Siwa (Dewa Penghancur), Dewa Brahma (Dewa Pencipta) dan Dewa Wisnu (Dewa Pemelihara). Agama Hindu yang dibawa Bangsa Arya membagi masyarakat dalam kelas-kelas sosial. Kasta tertinggi, yaitu brahmana atau golongan pendeta. Kasta berikutnya, yaitu ksatria atau golongan raja, bangsawan, prajurit. Kasta berikutnya, waisya atau golongan pedagang. Lalu, kasta sudra, yaitu petani.

“Agama Hindu memiliki ciri khas sebagai agama yang paling toleran karena tiadanya skisma meskipun ada kemajemukan tradisi yang bernaung di bawah simbol-simbol agama Hindu. Kata skismatik dapat pula merujuk kepada gagasan, kebijakan, dll. yang dianggap dapat menyebabkan perpecahan. Dalam pengertian yang lebih umum, khususnya di luar agama, kata skisma dapat merujuk kepada perpecahan antara dua orang atau lebih, baik saudara, teman, kekasih, dll. atau perpecahan dari suatu negara, gerakan dalam politik, atau bidang apapun juga, menjadi dua atau lebih kelompok yang saling berbeda pendapat. Pada awal perkembangannya, saat tiadanya perselisihan antaragama, umat Hindu menganggap setiap orang yang mereka temui sebagai umat Hindu pula.”[1]

Gandhi menyatakan bahwa Hinduisme bebas dari dogma-dogma yang memaksa, serta dapat menampung berbagai bentuk ekspresi diri dalam ruang lingkup yang besar.Dalam tubuh agama Hindu, perbedaan pada setiap tradisi—bahkan pada agama lain—tidak untuk diperkarakan, karena ada keyakinan bahwa setiap orang memuja Tuhan yang sama dengan nama yang berbeda, entah disadari atau tidak oleh umat bersangkutan.Dalam kitab Regweda terdapat suatu bait yang sering dikutip oleh umat Hindu untuk menegaskan hal tersebut, sebagai berikut: "Hanya ada satu kebenaran, tetapi para cendekiawan menyebut-Nya dengan banyak nama." (I:CLXIV:46)”[2]

Agama Budha yang diperkirakan lahir 500 SM juga lahir di tanah India. Karena lahir di tanah India, agama Budha dan Hindu memiliki kesamaan yaitu mengenal konsep reinkarnasi atau kelahiran kembali manusia. Baik agama Hindu dan Budha memandang kematian manusia adalah fenomena alam yang biasa dan bukan sebuah momok yang ditakuti. Mereka beranggapan jiwa manusia tidak dapat dihancurkan. Kelahiran agama Budha dipelopori Pangeran Sidharta. Agama Budha lahir sebagai kritik terhadap agama Hindu yang mengenal kasta sehingga terjadi ketidakadilan.

Kerajaan Kutai, Tarumanegara dan Kalingga

Ada beberapa teori yang masuknya Hindu-Budha ke Nusantara. Teori pertama adalah teori brahmana. Teori ini menjelaskan bahwa agama Hindu-Budha dibawa oleh kaum pendeta yang diundang oleh penguasa lokal di Nusantara. Sebagai contoh kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Silsilah raja yang pertama adalah Raja Kudungga. Kudungga adalah nama penguasa lokal. Ia telah mendapat pengaruh Hindu, tetapi masih mempertahankan nama lokalnya. Nama India baru disandang anaknya—Raja Aswawarman, yang dianggap sebagai pendiri dinasti atau wamsakarta. Bukti lainnya, peninggalan yupa kerajaan Kutai dan berbagai prasasti kerajaaan Tarumanegara, Kalingga, dan kerajaan Hindu-Budha lainnya berbahasa Sansekerta dan berhuruf Pallawa. Bahasa dan tulisanvtersebut hanya dikuasai golongan brahmana. Namun, terori ini memilki kelemahan, yaitu kaum brahmana dalam kepercayaan Hindu kuno tidak boleh menyeberangi lautan. Teori berikutnya adalah teori waisya. Teori ini menjelaskan masuknya agama Hindu-Budha ke Nusantara lewat perdagangan. Para pedagang Gujarat (India) telah berdagang ke Nusantara sejak abad ke-1 M.

Kerajaan Kutai dan Tarumanegara adalah kerajaan Hindu tertua. Kutai dan Tarumanegara diperkirakan berdiri kira-kira 400 Masehi. Puncak kejayaan kerajaan Kutai pada masa pemrintahan Raja Mulawarman. Raja Mulawarman dikenal dermawan dan sangat menghormati kaum brahmana. Dalam sebuah yupa dicatat bahwa ia tealah memberikan 20.000 ekor sapi kepada kaum brahmana. Purbacaraka beranggapan pusat kerajaan Tarumanegara berada di Bekasi. Ada tujuh buah prasasti yang merupakan peninggalan Tarumanegara. Dua prasasti yang terkenal itu adalah prasasti Tugu di Cilincing, Jakarta Utara dan prasasti Ciaruteun di Bogor. Prasati Tugu berisi tentang penggalian sungai Candragbaga dan saluran Gomati sepanjang 11 km untuk keperluan irigasi. Kita dapat simpulkan teknologi pertanian pada masa kerjaaan Tarumanegara telah berkembang maju. Prasasti Ciareuten berisi tentang pernyataan kebesaran Raja Purnawarman yang menganggap dirinya sebagai titisan Dewa Wisnu. Pada prasasti ini terdapat cap kakinya.

Kerajaan berikutnya yang bercorak Budha adalah Kalingga. Kerajaan ini terletak di Jawa Tengah. Tidak banyak bukti peninggalan dari kerajaan ini. Kita justru mengetahui keberadaan dan kejayaan Kalingga dari berita Dinasti Tang. Kerajaan Kalingga dipimpin oleh seorang ratu yang tegas yang bernama Ratu Sima sehingga kerajaannya makmur. Dalam kisahnya ia berani menegakkan hukum tanpa pandang bulu termasuk kerabat istananya sendiri. Satu kebarat istananya dipotong kakinya karena melanggar keketapan Ratu Sima.

Pesan Moral

1.Satu hal yang dapat kita pelajari dari agama Hindu, yaitutoleransi. Kita tidak boleh menghakimi agama lain berdasarkan kebenaran agama kita. Bukankah pemeluk agama lain itu juga memiliki kebenaran yang mereka yakini juga sama seperti kita.

2.Penegakan hukum merupakan prasyarat terjadi masyarakat adil dan makmur. Negara RRC pada tahun 1960-an miskin dan masih merupakan negara agraris sama seperti Indonesia kini muncul sebagai negara industri yang dapat disejajarkan dengan negara-negara Eropa dan AS. Mereka berhasil bermetamorfosis— berubah 1800 dalam tempo tak sampai setengah abad. Satu dari beberapa kiat suksesnya yaitu penegakan hukum. Korupsi di RRC dijatuhi hukuman mati. Meskipun RRC berideologi komunis, RRC tetap berkomitmen terhadap kewajiban negara untuk menyejahterakan rakyatnya.

[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Hindu#Periodisasi

[2] ibid

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun