Mohon tunggu...
Padukuhan Keso
Padukuhan Keso Mohon Tunggu... Lainnya - Desa Banyumeneng (Keso)

Blog yang dibuat untuk kepentingan Desa Bangumeneng (Keso)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hilangnya Pekerjaan Utama di Padukuhan Banyumeneng: Menjadikan Tantangan Masyarakat

13 Desember 2023   16:40 Diperbarui: 16 Desember 2023   11:22 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat Padukuhan Banyumeneng terbiasa dalam seni menikmati sawah yang kering saat musim kemarau. Tidak diragukan lagi betapa kuatnya hati dan jiwa masyarakat Padukuhan Banyumeneng dalam menjalani kenyataan pahit atas hilangnya pekerjaan utama sebagai petani. Lantas bagaimana keresahan para petani selama kekeringan melanda? Bagaimana para petani menyambung kehidupannya disaat lahan sawahnya bahkan tak mampu memberikan harapan untuk makan dan minum?

Hilangnya Pekerjaan Masyarakat Padukuhan Banyumeneng

Setelah musim penghujan memasuki masa pergantian musim, masyarakat Padukuhan Banyumeneng mulai memikirkan alternatif pekerjaan untuk menyambung kehidupan keluarga. Terungkap saat sawah mulai kering karena musim kemarau, masyarakat mulai menggantungkan diri pada mata pencaharian lainnya karena kehilangan potensi sawahnya untuk melanjutkan pekerjaan utama sebagai buruh tani. Fenomena tahunan Padukuhan Banyumeneng ini sangat memberikan dampak besar bagi kehidupan sehari-hari, mulai dari ketidakpastian ekonomi, kesejahteraan sosial, ancaman terhadap pangan ternak, dan kesehatan masyarakat.

Keresahan masyarakat mulai terekam jelas ketika sawah bukan lagi menjadi aktivitas mereka sebagai mata pencaharian. Dalam sebuah wawancara baru-baru ini bersama mahasiswa KKN UAJY Kelompok 45 ke - 84, ketika ditanya apa mata pencaharian masyarakat ketika lahan sawah sedang tidak berfungsi? Bapak Widodo, ketua RT 04 mengatakan "Ya ada yang dibangunan, menjadi kuli bangunan, ada yang jadi tukang kayu, dan ada yang jual apapun" (Widodo, komunikasi pribadi, 11 November 2023). Hal ini menandakan bahwa pekerjaan masyarakat menjadi tidak pasti, begitu pula dengan penghasilan yang didapatkan. Beliau juga mengatakan bahwa sebagian besar mata pencaharian sebagai petani, namun sayangnya banyak lahan yang terbengkalai akibat kemarau yang panjang dan tidak ada saluran irigasi. Terbuangnya sawah tanpa diperhatikan oleh sang pemilik karena kekeringan merupakan sebuah penghinaan bagi mata pencaharian yang selama ini dijalankan sebagai buruh tani.

Menjawab pertanyaan yang sama, Ibu Sri Rahayu yang merupakan salah satu warga Padukuhan Banyumeneng, memilih untuk membuka usaha kecil sebagai upaya mencari pekerjaan pengganti. "Saya menyadari bahwa menggantungkan hidup hanya dari pertanian tidak lagi cukup. Saya memulai usaha kecil di bidang kerajinan tangan lokal, dan beruntungnya, mendapat dukungan dari masyarakat sekitar. Hal ini membantu saya dan keluarga dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi," ujarnya (Sri Rahayu, komunikasi pribadi, 11 November 2023).

Anak Muda  Padukuhan Banyumeneng

Pemuda-pemudi Padukuhan banyumeneng menjadi saksi hidup dalam menyaksikan perjuangan orang tua untuk menjaga ekonomi keluarga agar tetap terjaga. Melihat keadaan seperti ini seolah mengiris perasaan sakit hati yang mendalam bagi setiap anak muda Padukuhan Banyumeneng. Rasa kecewa dan sakit hati dilayangkan kepada hati mereka sendiri, tidak ada tempat untuk mengadu isi hati anak muda. Kedatangan mahasiswa KKN menjadi teman cerita bagi anak muda tentang semua fenomena persawahan yang dialami. Harapan anak muda Padukuhan Banyumeneng untuk melihat air yang berlimpah bagi sawah mereka adalah kalimat yang sering didengarkan mahasiswa KKN UAJY.

Kegiatan sepulang sekolah untuk membantu orang tua menggarap padi di sawah, membawa bekal untuk orang tua yang sedang menggarap sawah adalah sebuah kegiatan yang sangat dirindukan oleh pemuda-pemudi Padukuhan Banyumeneng. Namun itu hanyalah ingatan masa lalu yang dipaksa berhenti ketika musim kemarau mulai menghampiri Padukuhan Banyumeneng. Fenomena kekeringan ini tentu tidak hanya dirasakan oleh para petani melainkan seluruh elemen masyarakat Padukuhan Banyumeneng. Anak muda sebagai perwujudan perubahan harus melihat dan membawa perubahan bagi daerahnya sendiri. Doa dan harapan selalu dipanjatkan bagi daerah yang dicintai, selalu ada hasil untuk sebuah usaha yang keras.

Penulis:

- Umbu Nggala Lili
- Julian Agung Wiyono
- Ignatius Arga Sormin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun