Perilaku eksklusi sosial terhadap waria masih lumrah terjadi di Indonesia. Waria kerap mendapat stigma dan diskriminasi, jarang diberi kesempatan, apalagi kepercayaan. Di Banjarmasin, warga masyarakat berhasil menciptakan iklim inklusi sosial terhadap waria, melalui aspek utama yaitu penerimaan keluarga. Kisah ini diangkat oleh Program Peduli menjadi sebuah karya film dokumenter singkat berdurasi 3,5 menit. Film ini bisa ditonton di http://bit.ly/InklusiWaria.
Film ini bercerita tentang suka duka waria dari sudut pandang Mutia dan Fitri. Sejak kecil, Mutia tinggal berdua bersama ibunya. Ia pertama kali berpenampilan sebagai waria di usia 18 tahun, yaitu 2 tahun setelah ibunya meninggal dunia. Sampai saat ini, ia yakin bahwa ibunya akan selalu bisa menerima kondisi dirinya apa adanya. Fitri adalah seorang pengusaha yang mempekerjakan banyak tenaga kerja lokal. Ia bersyukur dengan rezeki yang diperolehnya dan penerimaan keluarga terhadapnya. Melalui unit bisnisnya, pengusaha waria seperti Fitri mampu melebur dengan berbagai komunitas sehingga proses inklusi sosial menjadi semakin mudah. Mutia dan Fitri adalah dua dari sekian banyak waria di Banjarmasin yang diterima dengan baik oleh keluarga dan masyarakat umum.
[caption caption="Tonton filmnya di http://bit.ly/InklusiWaria"][/caption]
Pembauran komunitas waria bukan hanya terjadi di lingkungan kerja, melainkan juga kegiatan ekstrakurikuler. Salah satu wadahnya ialah tim voli yang dilatih oleh Muchlis Muchtar (Papi), Sekretaris Umum PBVSI Kalsel. Selama bertahun-tahun, tim voli waria asuhan Papi menjadi rekan tanding rutin tim voli putri di sebuah perusahaan. Menurut Papi, saat berada di lapangan, semua pemain sama dan tidak ada yang perlu dibeda-bedakan. Ia menjadi tokoh sentral yang mampu menggali bakat dan potensi waria di bidang olahraga.
[caption caption="Keterlibatan waria dalam kegiatan di masyarakat juga menbawa manfaat bagi warga sekitar"]
Kisah waria dari Banjarmasin ini menyajikan contoh nyata bagaimana praktik inklusi sosial dapat terwujud dengan dukungan masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), serta pemerintah daerah. Inilah yang diusung oleh gerakan peduli inklusi sosial yang mendorong agar setiap WNI, terlepas dari perbedaan apapun berhak untuk mendapatkan kesempatan yang sama sebagai warga negara. Sejatinya, kita semua setara-semartabat; kita harus peduli pada sesama karena kita mampu bertindak inklusif. Film ini tersedia secara daring (online) melalui kanal Youtube Program Peduli, dilengkapi dengan teks bahasa Indonesia untuk rekan-rekan disabilitas di Indonesia dan teks bahasa Inggris untuk khalayak internasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H