Mohon tunggu...
Saprudin Padlil Syah
Saprudin Padlil Syah Mohon Tunggu... profesional -

Visit me on padlilsyah.wordpress.com I www.facebook.com/Padlil I\r\n@PadlilSyah

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

T'ajil, T`ajil dan Latah

2 Agustus 2012   15:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:18 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1343899199878112092

T'ajil dan T`ajil adalah dua kata dari bahasa arab. Keduanya merupakan bentuk masdar dari'aj ja la (عَجَّلَ) dan `aj ja la (أَجَّلَ). Masdar adalahbentuk kata kerja yang di bendakan. Sebagai perbandingan, dalam terminilogi gramatikal inggris, masdar dikenal dengan istilah gerund. Namun kedua kata ini mempunya arti yang berbeda bahkan bertolak belakang. T'ajil adalah derivasi dari kata kerja 'a ja la (‘ain, jim dan lam) yang mempunyai arti bergegas, bersegera, cepat-cepat, tergesa-gesa, buru-buru. Sedangkan T`ajil dari kata `a ja la (hamzah, jim dan lam) mempunyai arti menunda, mengundurkan, menangguhkan, dan membelakangkan.

Makna T'ajil dalam kontek puasa ini adalah penyegaraan seseorang -orang yang berpuasa- untuk berbuka puasa ketika waktu magrib tiba. T'ajil merupakan sebuah kegiatan yang dianjurkan (sunah) bagi setiap orang yang berpuasa ketika masuk waktu berbuka. Selain dari sisi makna, dari sisi hukum pun T`ajil -mengundurkan berbuka ketika waktunya tiba- mempunyai efek berlawanan. T`ajil adalah perbuatan yang tidak dianjurkan (makruh).

Latah dalam Berbahasa

Perhatikan dua kalimat berikut ini:

  1. “Amran bagi-bagi T'ajil untuk warga komplek Ciasin”.
  2. “Di masjid At-taqwa hanya menyediakan T'ajil saja”.

Dalam kalimat pertama ada kesan bahwa T'ajil ini adalah makanan yang bisa di bagi-bagikan. Dalam kalimat kedua ada kesan bahwa itu makanan-makanan ringan. Padahal ketika seseorang menyegerakan berbuka apapun itu disebut T'ajil, bahkan nasi sekalipun. Walaupun mengawali berbuka dengan yang manis-manis atau air putih itu di anjurkan (sunah).

Sering kali sebagian dari kita (orang indonesia) menggunakan istilah-istilah asing (selain bahasa indonesia) menyalahi tujuan perkataannya. Contoh, “aduh gua boring ni”. Kemungkinan besar, tujuan perkataan itu adalah menyatakan bahwa dia bosan bukan membosankan.

Penulis menduga kesalahan-kesalahan tersebut karena sebagian dari kita menirukan apa yang didengar tanpa memperdulikan kepentingan ‘akademis’. Kita hanya ‘hafal cangkem’. Kesan dan image lebih lebih prioritas dari sekedar penggunaan istilah-istilah bahasa sendiri –bahasa indonesia. Semoga saja kita tidak menjadi bangsa yang latah dalam berbahasa!

Bersambung ke “Bahasa Arab Bukan Bahasa Islam”

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun