Alhamdulillah, atas izin Allah, hari ini saya dapat melahirkan buku pertama saya. Namanya "Mengindonesiakan Anak Indonesia: Catatan Guru Indonesia di Pedalaman Sabah, Malaysia". Dengan ketebalan 142 halaman. Kertas HVS 70 gr. Bahan cover invory 230 gr dengan finishing laminating doff.
Puteri dari kandungan saya ini merupakan murni catatan pribadi, yang dituangkan dalam kumpulan cerita saat bergaul dengan anak-anak Indonesia di kelas dan para buruh migran Indonesia (TKI) di luar kelas.
Karakter anak kandung saya mencoba menyentuh rasa dan pola pikir keguruan, rasa kebangsaan, keberagaman dan keberagamaan dengan orang yang berinteraksi dengannya.
Di sisi lain ia juga berisi kumpulan esai tentang pola pikir, prinsip, dan budaya para buruh migran Indonesia yang ada di Sabah, Malaysia. Pada bagian ini, ia mengungkap benang kusut masalah keberadaan anak-anak Indonesia.
Legalitas keberadaan mereka di negara orang, ketiadaan kewarga negaraan, kepemilikan dwi kewarganegaraan, dan ketidak tahuan atas agama yang dianut merupakan hal yang sepatutnya diketahui bersama. Bahkan menjadi perbincangan SERIUS di gedung DPR dan gedung kepresidenan.
Anak kandung saya ini sangat faham ibunya. Ide, rasa dan tawaran-tawarannya merefleksikan ibunya, saya sendiri.
Ada satu keistimewaan anak dari kandungan saya ini adalah ia tumbuh dewasa dengan cepat. Seperti halnya para wanita mulya yang harus ada mahar untuk mendapatkan kehalalannya. Demikian juga anak dari kandungan saya ini, untuk menjadikannya pendamping halal kapanpun, dimanapun, ada batas minimum mahar yang harus diberikan yaitu Rp. 38.700,-.
Sebagai ibu sekaligus bapaknya, ingin sekali saya menjadikannya dimiliki oleh semua orang dengan GRATIS. Tentunya dengan saya sendiri yang membayarkan maharnya. Karena mahar tidak bisa ditiadakan sedangkan keuangan saya terbatas sementara ini, mohon maaf tidak bisa semua saya bayarkan maharnya.
Bagi yang tetap berminat meminang dan menikahinya, dengan senang hati saya bisa bantu melalui Saprudin Padlil Syah, @Padlil_Syah  atau juga bisa langsung ke alamat tempat ia dilahirkan dan dewasa, di Leutikprio.
NB: 1. Â Tulisan ini pertama kali di posting di Facebook penulis pada tanggal 8 september 2016
2. Untuk membaca review "Mengidonesiakan Anak Indonesia: Catatan Guru Indonesia di Pedalaman Sabah, Malaysia" baca di sini.