Beberapa tahun terakhir santer tulisan tentang kesalahan penggunaan kata almarhum. Bahkan kesalahannya sangat fatal. Kesalahannya bukan hanya sekedar kebahasaan, tapi sudah menyerempet urusan akidah. Poinnya bahwa pengucap kata almarhum telah terjerumus pada akidah yang salah.
Begini kata-kata tulisan yang berseliweran tersebut:
Kata almarhum daam bahasa indonesia bearti "YANG DIRAHMATI Â ALLAH"
Sedangkan kita tidak pernah tahu orang yang sudah meninggal itu dirahmati Allah atau tidak karena itu adalah hak Allah dan itu perkara yang GHAIB.
"Tidak ada seorang seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah"
Jadi lebih baik jika kita mendoakan orang yang masih hidup atau orang sudah mengingal dengan panggilan "RAHIMAHULLAH" (SEMOGA ALLAH MERAHMATI).
Masih banyak selebaran di dunia maya yang senada dengan tulisan diatas.
Mari kita bahas melalui sudut pandang kaidah bahasa arab. Kita perlu ingat, setiap bahasa mempunyai karakteristik berbeda. Tidak adil kalau menafsirkan bahasa satu daerah menggunakan alat operasi bahasa yang berbeda. Alih-alih selamat, bisa jadi hasilnya tidak sesuai.
Mari kita mulai!
Pertama, pembahasan Almarhum sudah saya bahas dalam pembahasan Almarhum vs Allah Yarham. Agar bisa lebih memahami bisa baca di sini.
Kedua, penulis tulisan tersebut menggunakan standar ganda dalam menerjemahkan kedua kalimat (almarhum dan rohimahullah). Sang penulis menerjemahkan kata alhamrhum secara tektual sedang kata rahimahullah secara kontektual.
Almarhum adalah 'sebuah kata' sedangkan rohimahullahu adalah 'sebuah kalimat'. Secara tektual almarhum artinya adalah Yang Dirahmati, sedangkan rahimahullah artinya adalah Telah Dirahmati oleh Allah.
Untuk almarhum sudah saya jelaskan sebelumnya, saya mau coba memberi contoh kalimat lain dengan struktur bahasa yang sama dengan rohimahullahu.
Almaa'u Syaribahu Ahmadu
Dengan mendengar kalimat tersebut, maka orang akan faham bahwa maksudnya adalah "Air itu telah diminum oleh Ahmad".
Lantas kenapa "rohimahullahu" diartikan "semoga ... dirahmati oleh Allah"?
Dalam teori bahasa arab ada kaidah sastra "khobariyyatan lafdon wa insyaiyyatan ma'nan", lafadnya berita tapi artinya insya'i. Insya'i adalah kalimat yang tidak mengandung unsur benar atau salah seperti kalimat perintah, larangan, sindiran, doa, pertanyaan.
Nah, kalimat rohimahullah tersebut walaupun secara lafad adalah kalimat berita tapi maksudnya adalah doa.
Lantas dari mana kita tahu bahwa sebuah kalimat berita maksudnya adalah do'a ataupun kalimat insya'i yang lain? Jawabannya dari konteknya, baik karena ada objek yang mengawalinya kalimat tersebut maupun keadaan saat bicara.
Kemudian kenapa tidak menggunakan Allahu Yarham?
Perbedaannya Rohima adalah kata kerja bentuk lampau sedangkan yarhamu kata kerja yang mempunyai arti kekinian dan yang akan datang.
Terus ada pertanyaan lagi, bukannya do'a seharusnya menggunakan makna yang akan datang, karena do'a itu adalah harapan?
Jawabannya lagi-lagi hubungannya dengan karakteristik bahasa arab. Â Penggunaan bentuk lampau dalam rohima bermakna sebagai bentuk optimis atau berharap dengan sangat.
Intinya keduanya sah digunakan untuk menjadi kalimat do'a (jumlah du'aiyyah).
Bagaimana dengan Almarhum?
Almarhum adalah kata. Apakah bisa mempunyai makna kalimat do'a. Dalam karakteristik bahasa arab bisa. Bukan hanya kata yang bisa bermakna kalimat, bahkan huruf saja bisa. Misal huruf alif dan lam. Ketika seseorang mengatakan Qola Al-Rosul, maka maknanya adalah Qola Rosululllah Muhammad. Atau jika dalam kontek kalimatnya tentang membicarakan nabi Musa, maka alif lam pada rosul bermakna Rosulullah Musa.
Bukan hanya huruf, harokat saja bisa bermakna satu kalimat bahkan beberapa kalimat. Contoh kalimat Amma Ba'du. Dommah pada dal artinya adalah kalimat atau untaian kalimat yang diucapkan sebelum ucapan amma ba'd tersebut.
Apakah bisa kata benda bermakna insya'i?
Dalam bahasa arab bisa. Contoh untuk menyuruh duduk, seseorang tidak perlu menggunakan fiil amr (kata perintah), tapi bisa menggunakan masdar (kata benda); juluusan.
Terus dari mana lahir makna do'a dari kata alhamrhum tersebut? Dalam bahasa arab ada karakeristik menyingkat sebuah kalimat. Dengan membuang kata kerja bahkan subjeknya. Seperti kata Ahlan. Ahlan itu artinya keluarga. Kata ini berasal dari halalta ahlan. Saya menerimamu menjadi keluarga kami.
Demikian juga dengan kata almarhum, ada beberapa kata yang dibuang sebelumnya. Yaitu ja'alahullahu marhuman billah; semoga Allah menjadikannya seorang yang disayangi oleh Allah. Dengan alasan telah difahami oleh pendengar kalimat itu hanya diambil kata marhuman nya saja. Dengan alasan bahwa yang dimaksud itu telah jelas, maka ditambahi alif dan lam, jadilah almarhum.
Pemilihan do'a almarhum tentu ada tujuannya dengan karakteristik kebahasa araban yang memberikan kelebihan tertentu dibanding kata kerja bentuk lampau atau kata kerja bentuk sekarang atau future.Â
Kelebihannya penggunaan kata almarhum adalah doa yang bisa berfungsi sebagai kata ganti dari orang yang didoakan, dalam kalimat tentu lebih mudah digunakan karena bisa bisa menempati sebagai subjek atau objek dalam sebuah kalimat.Â
Maka dalam kalimat kata almarhum lebih fleksibel. Bisa didepan maupun di belakang. Bisa mengatakan almarhum ahmad, atau ahmad almarhum.
Kesimpulannya.
- Almarhum dan Rohimahullahu mempunyai makna leterlek. Makna leterlek keduanya tidak bisa diartikan do'a. Jika mengatakan bahwa penyebutan Almarhum salah karena artinya bermakna telah mendahului ketentuan Allah, maka demikian juga dengan kata Rohimahullahu.
- Almarhum dan Rohimahullahu juga bisa digunakan sebagai do'a bergantung konteknya. Masyarakat arab tahu bahwa ketika ucapan itu dinisbatkan bagi yang meninggal dunia maka maknanya adalah do'a.
- Almarhum, Rohimahullahu... Dan Allahu Yarham keberadaannya sama; bisa digunakan untuk doa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H