Melihat politik tidak bisa melihat dengan mata telanjang. Semua bisa serba mungkin. Banyak tokoh yang coba masuk dunia politik yang akhirnya memutuskan untuk keluar lagi karena mengetahui bahwa dalam politik tidak ada kebenaran universal yang diperjuangkan, hanya kebenaran kelompoklah yang dibela mati-matian. K.H jaenudin M.Z dan Dicky Candra adalah contoh dua orang yang akhirnya memutuskan untuk keluar dari dunia politik karena tidak sejalan dengan hati nurani.
Yang hangat dan panas di media sosial dalam perpolitikan Indonesia adalah PKS vs KPK. Penulis mencoba menerka beberapa kemungkinan yang terjadi diantara KPK dan PKS ini.
1.PKS Benar
Sebagaimana yang diyakini oleh semua kader PKS. KPK sedang diperalat oleh sebuah “kekuatan” besar untuk menghancurkan PKS.
1.KPK sengaja melakukan pencitraan saat mau menyita mobil mewah LHI. Bahkan baru-baru ini KPK sengaja tidak membawa surat penyitaan, agar mendapat perlawanan dari PKS. Kemudian PKS lah yang mempunyai citra negatife, partai yang melawan hukum, partai yang membela koruptor. http://hukum.kompasiana.com/2013/05/09/penyidik-kpk-tanpa-dokumen-penyitaan-sengaja-atau-tidak-554479.html
2.KPK tampak tebang pilih. KPK tampak tidak terlalu concern dengan kasus besar seperti century, hambalang, dan yang lainnya. Bahkan para tersangkanya pun bebas berkeliaran, seperti AM dan AU, berbeda dengan LHI. LHI langsung dipenjarakan padahal statusnya masih belum jelas.
3.Sejauh ini KPK adalah lembaga Negara yang mendapat simpati banyak dari rakyat Indonesia. Jadi hanya KPK yang bisa menjatuhkan reputasi PKS yang mengenalkan diri sebagai partai agama yang suci, dan sebagai partai bersih.
2.KPK Benar
Sebagaimana berkali-kali dikatakan oleh JB. KPK tidak berniat untuk menyerang PKS. KPK hanya melakukan tugasnya memberantas korupsi. Yang kebetulan pada kasus ‘daging sapi’ ini banyak keterkaitan dengan kader-kader PKS. Kemudian kenapa PKS tampak kebakaran jenggot dengan tindakan KPK? Penulis mencoba menjawab kemungkinan-kemungkinan alasan kemarahan PKS terhadap KPK.
1.Ajang kampanye. Seperti partai politik yang lain, PKS mempunyai cara berpikir politik juga untuk keuntungan partainya, apalagi sebentar lagi tahun 2014. Walaupun memang KPK tidak pernah menyerang PKS, melainkan mengusut kasus korupsi personal. Tapi ini di jadikan ajang ‘kampanye’ dini dan gratis. Karena kebetulan PKS tidak punya media seperti ARB, SP, dan HT, oleh karna itu memanfaat media sosial adalah caranya. Salah satunya dengan menafsirkan video metro tv itu dengan selera PKS. Disana dikatakan bahwa JB gugup, padahal bukan gugup tapi memang FH terus menyela tidak memberikan kesempatan JB berbicara.
2.Menyolidkan kader. Dengan mencitrakan diri sebagai partai yang sedang didzolomi adalah senjata kuat untuk melakukan konsolidasi setiap kader.
3.Hubungannya dengan penyitaan. Sebagaimana jawaban JB di Metrotv bahwa KPK membawa surat. Tapi justru ini adalah kesempatan untuk PKS menjadi lebih terkenal luas oleh masyarakat.
4.KPK adalah lembaga korupsi yang hebat. Tentunya banyak sekali orang yang ingin KPK tidak ada, terutama yang terbiasa melakukan korupsi. PKS sedang melakukan politik luar biasa dengan pihak lain agar KPK menjadi buruk di muka rakyat Indonesia. Kemudian dengan mudahnya menghancurkan dan menghilangkan KPK dengan melalui DPR.
3.KPK dan PKS adalah korban
KPK dan PKS sebagai sebuah lembaga dan organisasi tidaklah bersalah. Namun KPK dan PKS menjadi korban orang-orang yang berkepentingan terhadap ‘sesuatu’ dari kasus ini. Orang-orangnya bisa saja para pejabat KPK, bisa juga para petinggi PKS, bisa juga para petinggi Negara, bisa juga pihak lain yang ingin KPK dan PKS lenyap.
4.KPK dan PKS bekerjasama
Konspirasi. KPKdan PKS sedang bersandiwara. Mereka sedang memanfaat keberadaan AF dan LHI untuk kepentingan mereka. Banyak kasus-kasus besar yang mereka semua (para pejabat tinggi dan politisi kakap) sebetulnya terlibat. Jadi biar tidak melebar kemana-mana hal yang lebih bijak adalah membumingkan AF dan LHI. Alasannya kalau salah satu dari mereka tidak punya niat seperti itu. KPK tidak perlu bawa-bawa media dalam melaksanakan tugasnya, dan PKS tidak perlu ngotot-ngotot untuk mempertahankan harta yang bukan milik PKS. Sebagaimana kita tahu itu milik LHI.
Salah satu dari empat point adalah kemungkinan-kemungkinan dalam dunia politik. Bahkan dalam politik salah satu dari empat hal tersebut adalah kenisacayaan. Yang menjadi korban adalah masyarakat-masyarakat di bawah yang rela membela mati-matian kelompok kesayangannya. Atau bisa juga salah satu dari empat point itu tidak terjadi. Ada kemungkinan lain. Namun kira-kira apa kemungkinan lainnya?
Jaya terus Indonesiaku!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H