CAHAYA bulan menerobos di sela pepohonan.
Kiran bergerak maju dan meraih kait pintu. Didorongnya pintu itu hingga terbuka dan dia melangkah maju.
Tujuh orang lelaki yang berada di halaman sekitar Pondok Harum terpana sejenak. Sesaat lalu mereka masih berunding memikirkan cara untuk menyerbu masuk ke dalam pondok. Sama sekali di luar dugaan bahwa pintu pondok itu akan sengaja dibuka dari dalam seperti itu.
Seorang gadis berdiri di depan pintu. Rambutnya terikat menjadi satu di belakang kepalanya. Beberapa kuntum melati terselip di sekitar ikatan itu.
Dia berdiri di sana tanpa bicara. Diam menanti.
Angin berdesir halus di sekitar, membuat selendang sutra halus di pinggangnya bergerak perlahan. Cahaya bulan menyentuh selendang itu. Selendang itu berpendar mengeluarkan cahaya berwarna pelangi…
***
Di dalam rumah, dua langkah di belakang pintu, Dhanapati juga menanti.
Betapapun inginnya dia menyerbu maju, akal sehat menahan langkahnya. Tujuh orang yang berdiri di luar sama sekali tak dikenalnya. Dia tak tahu siapa mereka, dan apa urusan mereka datang ke sini sebenarnya.
Apakah mereka utusan Bhagawan Buriswara yang ditugaskan untuk menangkapnya? Tapi mengapa harus orang lain yang dikirim untuk menangkap aku, pikir Dhanapati heran. Mengapa mereka tak datang sendiri?
Atau barangkali saat ini ada penjahat besar yang harus diburu, sehingga mereka semua bergerak ke sana, dan mewakilkan tugas untuk menangkapnya pada orang lain?