PERCIK sinar sang surya gemerlap menimpa dedaunan, ranting pohon, dan berkilau di atas samudera dengan airnya yang terus bergerak.
Bergulung, mengombak, dan memercikkan tetes air yang berkerlip.
Suara debur ombak terus terdengar, menemani langkah Kiran di dalam hutan yang berada di sebuah tebing tinggi di tepi laut.
Kiran berjalan tanpa suara. Dalam gendongannya ada seorang perempuan tua, Mohiyang Kalakuthana, yang terkenal sebagai si ratu racun di kalangan para pendekar. Keahliannya Mohiyang Kalakuthana meracik racun tak tertandingi selama berpuluh tahun terakhir.
Kiran terus melangkah, sampai dilihatnya sebuah pondok kayu di hadapannya.
Kiran mengamati sekitar untuk memastikan tak ada penyusup yang di tiba disana ketika dia meninggalkan pondok malam hari kemarin. Diperhatikannya pepohonan, ranting dan serakan kerikil di sekitar pondok.
Tak ada yang mencurigakan.
Didorongnya perlahan pintu pondok dan kembali, ditebarkannya pandangannya menyapu seisi pondok.
Aman.
Dibaringkannya perempuan tua yang sejak tadi digendongnya ke atas dipan bambu yang ada di dalam pondok. Dan Kiran mulai memeriksa keadaannya.
Mohiyang tidak sadar. Tapi dia hidup.