Perempuan itu
Menukangi mimpinya
Mimpi isi perutnya
Dan rasa haus anaknya
Di kawasan industri
Ia menenun keringat
Wajah cengeng
Seorang perempuan
Tak pernah ia biarkan menghiasi wajahnya
Padahal hari ini
Demam bertamu
Di sekujur tubuhnya
Namun, tiada besok baginya untuk bekerja
Ia hanya berkata pada waktu yang mengguruinya ;
Jika pun punggungku berjatuhan semua
Dan batok kepalaku teriris matahari
Aku akan tetap di sini
Di sini yang kuyakini sebagai hidupku
Beberapa hari lagi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H