Kudengar dari radio bututku
Harga rokok akan dinaikkan 50ribu
Pikirku resah gelisah
Sebagai perokok awam
Yang tak pernah belajar kesehatan
Dari buku pelajaran
Karena memang kutak pernah sekolah
Sebenarnya cita-citaku jadi sarjana
Tapi, sewaktu kecil isi perut melarangku
Jadilah aku pekerja di lautan
Sebagai nelayan
Saat itulah kumulai berkenalan
Dengan secangkir kopi hitam
Dan asap nikmat hangat
Rokok yang kulinting sendiri
Tentu, bagi mereka orang terhormat
Yang berdasi dan bergaji tinggi
Tak mau tahu tentang itu
Andai mereka pernah dicubit angin malam
Dan ditampar dingin lautan
Mungkin, menyuruhku melinting sebatang rokok
Serta membuatkanÂ
secangkir kopi hitam yang pahit untuknya
Yang membela dirinya
Tanpa ada teori ilmiah dan landasan
Seingatku, kata kakek dulu
"Bangsa ini dijajah karena rempah-rempah ingin direbut mereka"
Kuingin bertanya kepada radio bututku
Apa salahku dan sebatang rokokku?
Kenapa tidak dinaikkan juga
Harga tiket pesawat
Agar penyelundup narkoba
Perlu berpikir untuk masuk ke negeri ini?
Kenapa tidak dinaikkan juga harga minuman kerasÂ
Agar pemabuk perlu berpikir untuk meminumnya?
Aku hanya bertanya
Namun bukan pemabuk
Dan penyelundup narkoba
Aku hanya perokok awam
Yang berpegang pada wasiat pahlawan
Mempertahankan aroma cengkeh dan tembakau
Dari topeng kebohongan
Yang ingin mencicipi nikmatnya
Karena mereka tak pernah memilikinya
Oleh karena itu,
Aku tetap patuh pada kebijakan
Namun, lebih taat pada kebenaran
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H