Mohon tunggu...
Sahyul Pahmi
Sahyul Pahmi Mohon Tunggu... Penulis - Masih Belajar Menjadi Manusia

"Bukan siapa-siapa hanya seseorang yang ingin menjadi kenangan." Email: fahmisahyul@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

[Puisi] Seorang Perokok Awam

28 Agustus 2016   10:48 Diperbarui: 28 Agustus 2016   21:01 1067
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: komunitaskretek.or.id

Kudengar dari radio bututku
Harga rokok akan dinaikkan 50ribu
Pikirku resah gelisah

Sebagai perokok awam
Yang tak pernah belajar kesehatan
Dari buku pelajaran

Karena memang kutak pernah sekolah
Sebenarnya cita-citaku jadi sarjana
Tapi, sewaktu kecil isi perut melarangku
Jadilah aku pekerja di lautan
Sebagai nelayan

Saat itulah kumulai berkenalan
Dengan secangkir kopi hitam
Dan asap nikmat hangat
Rokok yang kulinting sendiri
Tentu, bagi mereka orang terhormat
Yang berdasi dan bergaji tinggi
Tak mau tahu tentang itu

Andai mereka pernah dicubit angin malam
Dan ditampar dingin lautan
Mungkin, menyuruhku melinting sebatang rokok
Serta membuatkan 
secangkir kopi hitam yang pahit untuknya

sumber foto: www.pixabay.com
sumber foto: www.pixabay.com
Maaf ini, pikir perokok awam
Yang membela dirinya
Tanpa ada teori ilmiah dan landasan
Seingatku, kata kakek dulu
"Bangsa ini dijajah karena rempah-rempah ingin direbut mereka"
Kuingin bertanya kepada radio bututku
Apa salahku dan sebatang rokokku?

Kenapa tidak dinaikkan juga
Harga tiket pesawat
Agar penyelundup narkoba
Perlu berpikir untuk masuk ke negeri ini?
Kenapa tidak dinaikkan juga harga minuman keras 
Agar pemabuk perlu berpikir untuk meminumnya?
Aku hanya bertanya
Namun bukan pemabuk
Dan penyelundup narkoba

Aku hanya perokok awam
Yang berpegang pada wasiat pahlawan
Mempertahankan aroma cengkeh dan tembakau
Dari topeng kebohongan
Yang ingin mencicipi nikmatnya
Karena mereka tak pernah memilikinya
Oleh karena itu,
Aku tetap patuh pada kebijakan
Namun, lebih taat pada kebenaran

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun