Seperti tukang kebun yang tak punya ladang
Ia menanam di setiap jalan
Yang dilaluinya
Entah bunga apa
Yang penting harum baunya dan berbuah
Ia seperti musafir yang selalu membawa benih bunga
Berjalan merawat setiap jengkal langkahnya
Bekerja sama dengan awan biru
Agar bunga-bunga yang ia tanam
Tak lekas layu dikuliti waktu
Seperti itulah cinta platonik
Yang kumiliki
Ia punya ruh memberi
Tanpa mengharap dicintai
Ia punya jiwa menyukai
Tanpa mengharap memiliki
Karena itu mungkin
Kau tak tahu yang kumiliki
Tak pernah menampakkan bentuknya di ujung bibirmu
Tapi Tuhan Maha Tahu
Bahwa aku yang paling mencintaimu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H