Dari butir-butir gula dan biji kopi
Secangkir kopi terhidang di meja teras rumah
Aromanya begitu lezat
Memanggil kawanan burung merak
Untuk ikut menyeruput air hitam surga
Namun waktu membuatnya semakin pekat
Secangkir kopi tak lagi menghargai manis gula
Ia telah merasa dirinya yang terlezat di jagad raya
Bahkan tetes hujan yang pertama itu
Yang kata orang lebih manis dari madu
Tak mampu membuatnya malu
Seiring banyak orang yang tak memilih kopi
Ia mulai merasa resah
Akan hidupnya yang tak berarti apa-apa
Untuk dirinya, apalagi keluarganya
Katanya ; apa guna lezat dan aroma?
Dari resahnya itu
Ia bermuhasabah
Ia mengurung diri dalam baki
Di mana tak ada pentilasi udara
Agar ia abadi dengan air mata dari dosa-dosa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H