Bulan pertama tak bisa terlihat kasat mataÂ
Bulan kedua hanya sejengkal dadaÂ
Bulan ketiga telah bisa memancarkan cahayanyaÂ
Sampai berikutnya
ke berikutnya
Kusadari itu setelah kutahu
Bahwa malam yang gelap
Tak bisa diterangkan
Hanya sebatas nyala lilin
Lilin ada batasnya
Ketika api telah habis membakarnya
Terkadang kutak sadari hadirnya bulan
Terbutakan kemapanan dan kepongahan
Menbanggakan mimpi malam
Yang setelah pagi hilanglah aromanya
Apalagi rasanya
Bintang-bintang akan selalu
Menenun episode bulan
Sampai Ia hadir dengan wajah sempurna
Seperti sempurnanya manusia
Kala Ia menggunakan panca indranya
Dengan rasa suka cita
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H