Tentu dibalik penamaan bulan Ramadan ada banyak istilah maupun bahasa untuk menjelaskan tujuan, namun yang lebih esensi adalah tentang perlawanan sebagaimana dalam riwayat Imam Al Ghazali kitabnya Minhaajul Abidin bahwa Puasa itu digolongkan sebagai ibadah tingkat tinggi, tidak semua org bisa melakukannya, karen disana kita harus mampu melawan, mengendalikan dan menundukkan musuh besar kita yaitu hawa nafsu.
Kata "Melawan" dalam jamaknya bermakna perlawanan, perlawanan kepada nilai-nilai yang tidak membuat kemanusiaan kita sebagai hamba menjadi sangat payah oleh nafsu.
Semua elemen-elemen syahwat harus kita lawan, QS. Al-Baqarah ayat 183 sangat terang menegaskannya.
Para ulama kemudian menjelaskan makna Ramadan sebagai momen "membakar" dosa-dosa, pun telah dijelaskan oleh Imam Abul Hasan Ali bin Muhammad bin Muhammad al-Baghdadi, atau lebih masyhur kita kenal Imam al-Mawardi yang diambil dari riwayat Anas bin Malik, '... Sesungguhnya dinamakan bulan Ramadan karena (dapat) membakar.'
Lelaku "pembakaran" sejatinya tak dapat dilakukan tanpa ada upaya untuk melawan segala kebiasaan-kebiasaan buruk yang biasa kita pada bulan-bulan sebelumnya, maka disaat ini pula upaya "melawan" harus dilakukan sampai masa pembakaran usai nantinya.
Maka sesungguhnya, Ramadan bukanlah sekadar rutinitas tahunan kita untuk menahan lapar dan haus, namun lebih daripada itu perlu jiwa dan istiqomah yang betul-betul kuat untuk mampu melawan segala ketidakbaikan diri kita, sampai kita kembali menjadi fitrah setelahnya. Semoga.
~~~
Mks. 01/04/2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H