Anak-anak kelahiran dalam bulan-bulan, tahun-tahun, menjumpai matanya tertumpu di dekapan dan pangkuan. Tangis-tangis sambutan, sampai merangkak, mempelajari cara berjalan di lekuk-lekuk malam.Â
Anak-anak dari setiap zaman, selalu menggerurui dirinya, ingin menjadi seperti cita, seperti pucuk-pucuk daun semangka yang menjalar diantara tanah rindang. Anak-anak zaman meneluri ingin ibunya di setiap niaga-niaga, rengek meminta.Â
Anak-anak mereka sampai dewasa, menawari teguk susunya menjadi susu yang lebih matang, sampai ia tahu huruf abjad dan penjumlahan.Â
Ia lalu paham, menyisir dan menyapu minyak di ujung rambutnya. Anak-anak zaman sudah maphum tentang bagaimana itu rasa sakit dan kecewa.Â
Ketiadaan dalam pergaulan. Hinaan dan tawa. Selalu kembali ke tanya dan solusi ibunya.Â
Namun Ibu. Sampai kini, yang tersisa hanyalah rindunya untuk doa-doa anak-anaknya. Sampai menua harapan di matanya tak lekas dirawatnya.Â
~~~
Makassar. 07/10/2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H