Anak lelakimu kini
Menghitung-hitung kuyuran hujan
Merangkai bentuk-bentuk awan
Dan pada saat yang lain
Kaki kiriku kukubur hidup-hidup
Leherku kukalungkan belati
Yang telah diwarnai kekejaman
Anakmu kini...
Tak berhenti mengulang waktunya
Meluruskan bahunya
Mendorong kepalanya
Di batu nisan mantan kekasihnya
Entah diposisi mana yang kutinggali
Di pembaringan mana yang kutiduri
Jauh..
Jauh..
Diriku.. dan pikiranku...
Seandainya pun aku pulang
Jalan kebingungan kan kitemukan
Doa bapak yang tinggal jadi pijakan dan dinantikan
Untuk menjadi seorang lelaki
Yang sesungguhnya lelaki
Tak pernah berkerut dahi
*****
Makassar, 27 September 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H