Mohon tunggu...
Sahyul Pahmi
Sahyul Pahmi Mohon Tunggu... Penulis - Masih Belajar Menjadi Manusia

"Bukan siapa-siapa hanya seseorang yang ingin menjadi kenangan." Email: fahmisahyul@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang Bagian-bagian Menegangkan Saat Cukur Rambut Pakai Gunting

10 April 2020   16:39 Diperbarui: 10 April 2020   16:49 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com/pictureperpect7

Sebelum adanya mesin cukur yang sekarang dipakai barbershop ataupun tempat cukur rambut tradisional, gunting sejak dulu kala telah menjadi alat kompatibel banget dengan tangan masyarakat desa dalam dunia cukur-mencukur rambut. Bahkan di banyak desa hal tersebut masih dipertahankan sampai sekarang.

Sebelum libur kuliah, untung sudah pulang kampung jadi saya nggak harus naggapin polemik mudik yang sebagaimana nasib polemik biasanya hanya sebagai bahan ngerusuh di sosmed. Sudah lebih 3 minggu saya di kampung, kemarin sore saya merasa rambut gondrong ini sudah saatnya harus dirapikan, apalagi bapak saya juga pintar mencukur rambut.

Tibalah saya di sore hari itu dicukur di dego-dego rumah (baca: istilah teras rumah dalam bahasa Bugis-Makassar), berbalut sarung dan perasaan sedikit tidak tega rasanya, melihat rambut gondrong yang telah lama saya pelihara harus dieksekusi oleh bapak saya. Seperti perkiraan anda saya dicukur memakai gunting.

Singkat cerita, saya selesai dicukur, dan entah mengapa hal-hal yang saya rasakan pada saat dicukur memakai gunting, membawa saya pada sebuah ingatan tentang saat-saat kecil dulu, saat masih SD, ada bagian-bagian mengenangkan yang tidak kalah menegangkannya dengan pernyataan pacar ketika berkata "Aku Bosan".

Untuk itulah saya akan membawa kamu, mereka, juga dia (((diaa??))) yang pernah merasakan dicukur memakai gunting kepada bagian-bagian menegangkannya, sebab kadang kita perlu kembali kepada kenangan agar kita paham bahwa masa depan tidak hanya kita bentuk dari kemenangan tapi juga kegagalan.

Bagian Pertama

Pada bagian ini, belum sampai memasuki jenjang pemotongan, masih taraf peninjauan alat, dimana pada saat itu bapak saya sedang memeriksa laci lemarinya, memilah satu persatu isi lacinya, sampai ia menemukan sebuah gunting.

Ketika ia telah menemukan guntinnya, ia belum menuju ke arena eksekusi rambut saya, ia masih memilah laci-laci yang ia temui di sekitar rumah, sampai ia menemukan sebuah sisir.

Saat keduanya telah ia temukan, tangannya yang sudah kasar karena selama ini sangat kuat membesarkan saya, ia bersiap-siap, menerawang sisi rambut di kepala saya yang harus ia dahulukan untuk dicukur.

Bagian inilah yang saya kira bagian pertama menegangkannya dicukur pakai gunting saat masih SD dulu, sebab dalam hati saya, saya bertanya-bertanya "Tajamji guntinga itu?", "Apakah akan tidak terasaji seperti rambut dicabut?".

Dulu pertanyaan itu selalu hadir diingatan saya saat ingin dimulai dicukur, pertanyaan itu pula yang membuat saya tegang. Tentu akan sakit rasanya dicukur pakai gunting bila guntingnya tidak tajam, bahkan kadang saya sering memberi alasan agar proses cukur tidak dimulai, sampai ketegangan saya hilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun