Beberapa hari yang lalu, saya menghadiri aqiqahan teman saya, sebagai teman saya tentu ikut gembira dengan kelahiran anak beliau, apalagi anak teman saya itu adalah anak pertamanya.
Yang menghadiri acara tersebut bukan hanya saya, akan tetapi teman-teman seangkatan saya sewaktu masih kuliah dulu. Kurang lebih seperti reunian kecil-kecilanlah di tengah kegembiraan teman kami anak pertamanya terlahir.
Kebetulan pada waktu itu, ada 3 teman saya. 1 perempuan yang telah bersuami dan 2 laki-laki yang sudah berisitri--artinya hanya saya dan satu orang lagi teman saya yang masih jomblo #uh kaciaaaan. Hehe.
Tapi bukan itu yang ingin saya ceritakan teman-teman dan bukan itu hal menariknya. Akan tetapi, setelah beberapa teman saya pulang dan hanya saya dan teman saya (yang jomblo tadi) yang tinggal. #Kan jomblo buat apa juga cepat-cepat pulang kan nggak ada juga yang nyariin. Hehe.
Saya dan teman saya itu bercerita banyak dengan teman saya yang aqiqahan tadi, tentang banyak hal dan hal-halnya lebih mengarah kepada seputar pekerjaan.
Apalagi saya dan teman saya yang mengadakan acara aqiqahan, bukan lagi sebatas teman ataupun sahabat, jauh lebih daripada itu kami adalah seorang keluarga yang utuh seutuh-utuhnya.
Sampai tak terasa pembicaraan kami telah ditemani oleh 3 gelas kopi hitam, sampai waktu ashar menjelang, begitulah memang penikmat kopi ketika menemukan kopi--lebih baik tidak menemukan cinta daripada tidak menemukan kopi #ah masa, siapa tau tdk ada mentongji yang sukako. Hehe.
Sebagi cowok sholeh dan idaman ibu-ibu untuk menjadi menantunya, tentu kami shalat ashar dulu sebelum melanjutkan pembicaraan lagi. #siapa tau juga, ada cewek-cewek sholehah di masjid yang bisa di odo'-odo' (gombal). Hehe.
Selepas shalat ashar, kami pun melanjutkan pembicaraan tapi pembicaraan kali itu agak berbeda, sebab lebih mengarah ke nostalgia zaman-zaman kuliah dulu, tak jarang kami mengenang masa-masa KKN.
Sampai tak terasa waktu maghrib pun datang, siang akan berganti malam, tapi entah mengapa semakin waktu terasa berputar, semakin pula pembicaraan kami semakin jauh melewati jarum waktu yang terus berganti.
Saya dan teman saya yang jomblo tadi pun berniat pulang, namun setelah kami mengutarakan niat kami untuk pulang, tiba-tiba kakak dari teman saya yang mengadakan acara aqiqahan menghadang kami untuk menikmati jamuan makan malam dulu sebelum pulang.
Sebagaimana setiap orang tentulah berbeda wataknya, sebagaimana pun saya dan teman saya--watak kami berbeda. Dia besar dan berkembang di sebuah ekosisistem perkotaan sedangkan saya mekar dan bersemai di daerah perkampungan, ada semacam tata krama yang terasa begitu berat ketika saya makan di rumah orang lain, sekalipun teman saya yang mengadakan acara aqiqahan tadi sudah saya anggap keluarga sendiri.