Rumusan masalah tersebut tak bisa saya urai dan jawab, sebab keluarga saya membeli air galon eceran atau yang dibawa oleh mobil-mobil pick up yang entah dari mana asalnya, bagaimana cara memproses air galonnya, bagaimana pembersihan galonnya ketika ingin diisi ulang, dari mana sumber airnya, apakah penampungan airnya selalu dibersihkan, hingga kadar keilmiahan yang saya tak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, sebab memang tak ada data kualitatif maupun data kuantitatif yang bisa saya temukan.
Saya hanya bisa menghimbau kepada keluarga saya yang sakit perut dan mual, untuk mengganti air galonnya dan membeli air galon yang baru di tempat penjual air galon yang baru pula, karena pada saat itu adik-adik saya juga sakit perut, olehnya saya yang harus bertindak sendiri untuk menggantinya.
Singkat cerita, setelah saya mengganti air galon tersebut, dan keluarga saya meminum air galon yang baru, selang satu hari perut dan mual pada diri mereka tak lagi terjadi.
Berarti hipotesis yang saya buat adalah benar, bahwa bakteri dan virus yang menyebabkan sakit perut dan mual keluarga saya terletak pada air galon, sebab setelah mereka berhenti meminum air galon yang lama dan meminum air galon yang baru dari tempat penjual air galon baru pula. Sakit perut dan mual yang mereka alami sembuh.
Oleh karenanya, dear masyarakat periksalah baik-baik sebelum memberi air galon, setidaknya menanyakan kehigienisan air dan galonnya kepada penjualnya, agar anda tidak mengalami sakit perut seperti yang telah dialami keluarga saya.
Udah itu aja, semoga bermanfaat saya mau lanjut ngestalking mantan. Selamat berbahagia dan tersenyumlah selalu MyLov~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H