Hal yang paling mendasar kenapa saya terobsesi untuk mengembangkan sistem pendidikan Islami berbasis web, adalah fungsional dari web yang dapat mengkoneksikan sistem pendidikan Islam melalui jaringan internet, sehingga semua elemen, komponen, dan nilai dalam sistem pendidikan Islam dapat terhubung secara mudah dan cepat ke gadget-gadget santri-santri.
Untuk itulah saya mencoba turun ke lapangan melihat, dan menganalisa sejauh mana sistem pendidikan Islam berbasis web tersebut dapat diterapkan.
Madrasah yang saya kunjungi adalah Yayasan Raudhaturrasydin DDI Cambalagi Kabupaten Maros - Sulawesi Selatan. (01/11/2019).
Ketika saya berbincang-bincang dengan kepala madrasah MA DDI Cambalagi (Pak Jamil. S.Ag., M. Pd), Beliau sangat antusias melihat perkembangan teknologi informasi kedepan, namun menurutnya "karena belum ada jalan dan kami belum tahu mengarahkan sistem pendidikan kami ke arah sana (berbasis web), jadi kami hanya mengoptimalkan keaktifan eskul-eskul yang kami adakan, sedikit banyaknya hal itu akan meng-cut perilaku non konstruktif di luar madrasah."
Saya pun memaparkan kepada beliau, bahwa jika sistem pendidikan Islam berbasis web diterapkan, madrasah dalam hal ini lembaga pendidikan Islam, akan memberi stimulus konten yang baik kepada media sosial santri-santri.
Contohnya: madrasah membuat setidaknya 20 konten di dalam websitenya setiap hari, dan setiap kali madrasah meng-sharenya ke Facebook, fansfage Facebook madrasah menandai semua akun santrinya, apalagi jika setiap konten yang dibuat madrasah punya ceruk untuk setiap jenjang kelas dan jurusan, maka sedikit banyaknya konten-konten yang sebenarnya nggak penting di beranda santri akan dicover oleh konten-konten yang dibuat madrasahnya sendiri.
Saya pun memasuki sebuah kelas, tepatnya IX B Mts, yang pada saat itu sedang belajar IPS. Saya melihat mereka sedang mendikte materi pelajaran di buku IPS ke buku catatan mereka, jika rata-rata waktu mendikte setiap materi pelajaran tersebut 20 menit, maka waktu mengajar guru yang biasanya 45 menit harus berkurang 20 menit, dihabiskan sekadar mendikte materi pelajaran ke buku catatan mereka.
Belum lagi, jika kita menilik lebih jauh, rata-rata guru-guru di lembaga pendidikan Islam dalam mengajar masih menggunakan metode ceramah, tentu keefektifan metode ceramah tidak berbanding lurus jika belum ada pemahaman materi pelajaran sebelumnya--sebelum diaplikasikannya metode ceramah.
Sejauh ini temuan saya tentang "kenapa harus sistem pendidikan Islam berbasis web diterapkan?" dapat menjawab setidaknya:
Pendidikan Islam berbasis web mampu mengcover aktivitas-aktivitas online santri dengan konten-konten yang bernilai dari tiap-tiap madarasahnya sendiri. Dan, pendidikan Islam berbasis web mampu menjadi media penyalur materi pelajaran santri-santri, tanpa harus mengorbankan waktu mengajar guru.