Aku berdiri di pinggiran jalan
menghitung kendaraan
yang berlalu-lalang
menunggu mobil angkutan
untuk pulang ke kos-kosan
mahasiswa kampungan
tak kendaraan pribadi
seperti mahasiswa yang lahir di perkotaan
kutak risaukan itu
karena kenyataan
adalah kesyukuran bagiku
nafas dan langkah
telah jadi nikmat luar biasa
walau terkadang dunia
mengolok-olok penampilan dan gaya bicara
ah, sudahlah
bagaimana pun juga aku telah menjadi mahasiswa
pun didatangi cinta
di kaca mobil yang lewat
menetes lesung pipimu di sana
semoga tak seperti musim penghujan
yang hilang ketika kemarau datang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!