Mohon tunggu...
Sahyul Pahmi
Sahyul Pahmi Mohon Tunggu... Penulis - Masih Belajar Menjadi Manusia

"Bukan siapa-siapa hanya seseorang yang ingin menjadi kenangan." Email: fahmisahyul@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Merdunya Nyanyian Pagar

18 September 2016   19:25 Diperbarui: 18 September 2016   19:33 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jam sepuluh mendekatiku
Mengajakku untuk cepat-cepat pergi sekolah
Kelasku diisi bergantian
Karena tak cukup ruangan
Bisa jadi tukang bakso pun datang bergantian

Seragam kusut tak masalah
Karena Ibu tak pernah menyetrika
Sekaligus tak punya
Asalkan kecup Ibu bagai bunga
Telah tertempel di dahiku sebelum ke Sekolah

Melewati lorong-lorong kota
Samping kos mahasiswa dan janda-janda
Ada juga diantaranya
Rumah besar orang kaya
Mempunyai pagar tinggi dari baja

Tampaknya sangat mengkilap
Maklum orang kaya
Aku membunyikannya dengan ranting kayu
Namun, sang pemilik rumah marah
"Hei, jangan sentuh itu Nak, jika pagarku lecet kamu pasti tak bisa menggantinya," katanya
Kupikir orang kaya hidupnya bahagia
Ternyata Beliau juga buta matanya
Mata hatinya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun