Ia hanya menggaulkan redup
dalam tatapannya
tanpa sempat acuh
akan bunga rampai di sekelilingnya
penuh ke hati-hatian
menarik langkah kakinya
dari telinganya menderma markah
itulah yang dipatuhinya
semuanya sampai tidak ada yang tercecer
tak disilaukan dengan celak dunia
yang di antaranya sementara
namun apa kehebatannya?
hatinya terpati cahaya
karena matanya tak bena
dengan keinginan semu
begitulah, andai semuanya kelam
lama ke lamaan akan memudar
menjadi putih jernih
kebengahannya lenyap jadi kesahajaannya
kerlingan tajamya menghilang jadi kosong
menjalar ke senyumannya
terkadang jadi tertawa
walau tak ada yang memandunya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H