Mohon tunggu...
Anak Tansi
Anak Tansi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang perantau yang datang ke ibu kota karena niat ingin melihat dunia lebih luas dari Jakarta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang perantau yang datang ke ibu kota karena niat ingin melihat dunia lebih luas dari Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pentingnya Giant Sea Wall untuk 50 Juta Warga Pantai Utara Menurut Airlangga Hartarto

10 Januari 2024   15:43 Diperbarui: 10 Januari 2024   15:52 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  Posisi pulau Jawa sebagai sentral pertumbuhan ekonomi nasional masih belum akan tergeser hingga 10 tahun yang akan datang. Meski dipihak lain, pemerataan mulai terjadi dimana secara spasial dan resiliensi terlihat dalam capaian pertumbuhan ekonomi nasional pada Q3-2023 lalu walau pada saat bersamaan, PDB nasional yang sebesar  57,12 persen tetap ddatang dari pulau ini.

Namun demikian pemerintah juga melihat kondisi itu secara makro kurang ideal, karena dibalik angka positif yang muncul sejumlah tantangan dan masalah juga harus ditangani, mengingat daya dukung yang dimiliki secara perlahan pasti menurun. Itu terlihat pada aspek daya tampung dan daya dukung, erosi serta abrasi maupun penurunan permukaan tanah (land subsidence) di sepanjang daerah Pesisir Pantai Utara (Pantura) Jawa. Data menunjukkan bahwa turunnya permukaan tanah itu terpantau bervariasi antara 1-25 cm/tahun, serta kenaikan permukaan air laut sebesar 1-15 cm/tahun di beberapa lokasi.

Berdasarkan studi JICA, kawasan Pantura dihuni tidak kurang dari 50 juta juwa, dimana pertumbuhan kawasan tercatat sebesar 20 persen GDP nasional. Angka yang itu berasal dari sejumlah aktifitas besar seperti industri, perikanan, transportasi, dan pariwisata.  Maka penurunan kualitas tersebut sudah pasti akan berdampak kepada 50 juta jiwa ini. "Ini tidak hanya berbahaya secara ekonomi dan infrastuktur namun juga kelangsungan hidup masyarakat ", ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat menyampaikan opening speech pada Seminar
Nasional: Strategi Perlindungan Kawasan Pulau Jawa, Melalui Pembangunan Tanggul Pantai Dan Tanggul Laut (Giant Sea Wall), Rabu (10/01).

Dikatakan lebih jauh oleh Airlangga Hartarto yang juga Ketua Umum Partai Golkar ini, bahwa situasi tersebut akan menjadi lebih buruk karena fenomenanya bersifat gradual jika tak ditangani segera juga akan mengancam keberadaan dari 70 Kawasan Industri, 5 Kawasan Ekonomi Khusus, 28 Kawasan Peruntukan Industri, 5 Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri, serta berbagai infrastruktur logistik nasional seperti bandara, jalur kereta api, hingga pelabuhan. "Saya harap dari seminar ini yang jadi kick off penanganan situasi itu bisa memperbesar skala penanganan secara lebih masif karena sifat programnya yang  transformatif," pungkas Menko Airlangga.

Dalam kesempatan yang sama,   Menteri Pertahanan Prabowo Subianto  menyebut jika pembangunan Giant Sea Wall dapat menjadi jawaban atas fenomena kenaikan permukaan laut, hilangnya tanah, dan sekaligus juga menjadi jawaban atas kualitas hidup sebagian rakyat Indonesia yang masih mengenaskan. "Saya harap ini jadi bahasan akademisi dan pengusaha maupun para insinyur dalam negeri melakukan pendalaman terhadap masalah ini," tegas Menhan Prabowo.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun