Relasi  politis Indonesia dengan blok perdagangan negara-negara Uni Eropa hingga hari ini terus berjalan. Meski pada beberapa aspek tertentu masih muncul tantangan dan pandangan terkait kebijakan masing-masingnya, namun hal demikian tak harus jadi pintu penutup untuk bidang lainnya. Salah satu yang hingga hari ini terus menjadi diskusi adalah kelanjutan perundingan Indonesia Indonesia -- European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA). Tema tersebut menjadi salah satu yang jadi bahan perbincangan saat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menerima kunjungan Duta Besar  baru Uni Eropa (UE) untuk Indonesia dan Brunei Darussalam  H.E. Denis Chaibi di Kantor Kemenko Perekonomian, Jumat (24/11/2023).
Seperti diketahui, kelanjutan pembicaraan tentang IEU-CEPA ini telah menjadi prioritas pemerintah, seperti yang juga menjadi keinginan Uni Eropa. Keinginan agar perundingan itu bisa dituntaskan lantaran progres yang tercipta cenderung lambat dan telah berjalan selama 7 tahun. Maka wajar jika dalam pertemuan ini, kedua negara kembali menegaskan komitmen yang sama. Penekanan agar perundingan yang telah memasuki putaran ke-16 bisa tuntas diharapkan tercipta pada pertemuan kedua delegasi yang akan bertemu awal Desember 2023 nanti. Pertemuan yang menurut Airlangga Hartarto adalah  "golden time" untuk menyelesaikan perundingan secara substantif mengingat Indonesia dan UE akan memasuki tahun politik pada 2024.
Kunjungan tersebut adalah sebagai wujud perkenalan sang  Dubes  Chaibi yang baru menjabat  menggantikan Dubes UE yang sebelumnya, H.E Vincent Piket.  "Pembahasan ini sudah disampaikan oleh kedua leaders di beberapa kesempatan sejak tahun lalu, bahwa target penyelesaian perundingan IEU-CEPA secara substantif adalah di akhir tahun 2023 atau paling lambat di awal tahun 2024. Indonesia juga sudah memiliki high-level mandate yang jelas dari Presiden RI terkait lima isu kebijakan strategis pada IEU-CEPA," kata Menko Airlangga tentang kelanjutan perundingan itu.
Tak cuma soal IEU-CEPA, kedua pejabat juga berbicara tentang isu lain yang juga menjadi perhatian seperti kebijakan hilirisasi di Indonesia, serta situasi politik kedua pihak yang akan menyelenggarakan pemilihan umum pada tahun 2024 mendatang. Secara khusus sang Dubes menyampaikan bahwa, meski kedua pihak punya perbedanaan sudut pandang terkait kebijakan hilirisasi bahan mentah dan mineral kritis yang diberlakukan Indonesia, namun dirinya berharap isu demikian tak sampai menghambat proses penyelesaian IEU-CEPA itu.
Dalam pandangan sang dubes, pihaknya sangat mengapresiasi iklim bisnis  dan investasi di Indonesia yang terus mengalami perbaikan  "Indonesia is the engine of growth," ujar Dubes Chaibi. Pernyataan tersebut tak lepas dari situasi dimana Indonesia saat ini, menjadi salah satu destinasi diversifikasi investasi negara-negara anggota UE. Salah satu wujud diversifikasi tersebut adalah naiknya  nilai perdagangan dan investasi  Indonesia dengan tiga negara anggota utama UE yakni Spanyol, Prancis, dan Jerman. Ini yang kemudian  membuat kedua pihak secara realistis berharap untuk dapat memaksimalkan perundingan dan mencapai perkembangan yang signifikan pada putaran ke-16 tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H