Mohon tunggu...
Anak Tansi
Anak Tansi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang perantau yang datang ke ibu kota karena niat ingin melihat dunia lebih luas dari Jakarta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang perantau yang datang ke ibu kota karena niat ingin melihat dunia lebih luas dari Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Airlangga Hartarto Bicara Posisi Indonesia dalam Pertumbuhan dan Stabilitas Ekonomi ASEAN

11 Oktober 2023   16:30 Diperbarui: 11 Oktober 2023   16:57 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia baru saja selesai menjalankan tugas Keketuaan ASEAN 2023. Sepanjang periode jabatan itu hingga akhir tugas, sejumlah hasil kongkret berhasil buat, seperti  kesepakatan ASEAN DEFA, atau juga komitmen tegas negara-negara se kawasan dalam lingkup Forum ASEAN-Indo Pacifik yang menegaskan wilayah ini sebagai  episentrum pertumbuhan ekonomiglobal di masa depan.
ASEAN DEFA dimaksudkan sebagai sarana kolektif guna mewujudkan potensi  ekonomi digital ASEAN. Inisiatif yang juga dimaksudkan sebagai pendorong lebih lanjut dari upaya pertumbuhan masif yang ditarget bernilai USD2 Triliun pada tahun 2030. 

Dengan skema yang telah dibuat, DEFA dimaksudkan sebagai pendorong terbangunnya infrastruktur dan konektivitas digital sebagai prasyarat untuk membuka sebagian besar dampak ekonomi digital terhadap perekonomian secara keseluruhan. Selain itu, program tersebut diniatkan untuk kepastian bagi tingginya tingkat akses internet untuk masyarakat melalui dukungan perangkat dan jaringan seluler yang memadai. Data dari Oxford Insight yang membuat indeks  Indeks Kesiapan Jaringan, skor indeks ASEAN saat ini 70 dan berada di atas rata-rata global (skor indeks 62) dengan jangkauan seluler yang tinggi dan jangkauan broadband yang terus berkembang.

Maka, mengarahkan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi itu bukan sekedar slogan, karena data yang ada sudah berbicara sendiri. Seperti dilansir IMF, Ekonomi kawasan ini tumbuh solid hingga di angka 5,6% pada tahun 2022 serta diperkirakan akan mencapai 4,2% pada tahun 2023 dan meningkat menjadi 4,5% pada tahun 2024.  Volume serta nilai total perdagangan barang dagangannya juga menyentuh angka tertinggi baru dari USD3.3 triliun untuk tahun 2021  naik ke  USD3.8 triliun pada tahun 2022 atau meningkat sebesar 14,9%  Sedangkan untuk investasi langsung catatannya juga membukukan rekor tertinggi dalam  sepanjang masa yakni  USD224.2 miliar pada tahun 2022 dari sebelumnya yang tercatat USD212.4 miliar, alias setara dengan kenaikan 5,5% dari  dari tahun 2021. Gambaran yang sejatinya menjadi indikasi bahwa perkembangan besar terjadi pada sektor manufaktur dan jasa.

Dalam pandangan Airlangga Hartarto, semua capaian ekonomi tersebut tidak lepas dari kontribusi Indonesia dalam mengupayakan kawasan ini stabil secara politik.  Tak cuma itu,   Indonesia merupakan salah satu negara di ASEAN dimana profitabilitas investor terlindungi sehingga investasi di Indonesia aman dan menguntungkan.

"Semua itu tidak lepas dari konektivitas yang menjadi kunci  pembangunan ekonomi terpadu di kawasan. ASEAN telah dilengkapi dengan Master Plan on ASEAN Connectivity 2025 untuk memperkuat konektivitas regional dan harus meningkatkan sinergi dan kolaborasi antar inisiatif kerja sama subregional di bawah ASEAN," ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat menyampaikan sambutan dalam UOB Gateway to ASEAN Conference 2023 di Jakarta, Rabu (11/10/2023).

Sementara dari sisi dalam negeri, Indonesia sudah menetapkan nilai tambah  manufaktur sebagai bagian dari strategi untuk memajukan industrialisasi. Selain juga telah meluncurkan proses transisi mata uangnya dengan 5 negara ASEAN melalui penggunaan Quick Response Code dari masing-masing negara, sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan mata uang Dollar Amerika Serikat di kawasan ASEAN. "Jika kita bisa memperluas sektor lembaga keuangan ini lebih mendalam, dan melibatkan perbankan, menurut saya ini penting untuk melakukan stabilisasi perekonomian di ASEAN, khususnya untuk melindungi UMKM dari fluktuasi nilai tukar mata uang asing dan situasi geopolitik," pungkas Menko Airlangga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun