Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim.
Surat terbuka untuk mas MenteriSaya membaca pemberitaan anda sebagai pemegang kebijakan tertinggi pendidikan di Indonesia sedang mempertimbangkan untuk menghapus kewajiban penulisan skripsi sebagai syarat lulus mahasiswa pendidikan strata S1. Dari wacana yang berkembang anda sepertinya mencoba lepas tangan karena menyerahkan keputusan tersebut kepada kampus untuk menghapus atau meneruskan aturan tersebut.
Begini ya pak bos yang dulunya mantan pemilik starup dan  telah menjadi unicorn di tanah air itu. Pendidikan Indonesia itu sudah banyak bolong dan lemahnya, jangan lagi diperparah dengan rencana baru yang bukannya memperbaiki namun justru kian menyempurnakan kerusakan itu.
Semua pakar pendidikan sepakat, termasuk orang-orang anda yang berkantor di jalan Sudirman sana, bahwa menulis skripsi akan sangat membantu mahasiswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis, evaluatif, dan analitis yang sangat berharga di dunia kerja, di mana kemampuan untuk memecahkan masalah dan membuat keputusan berdasarkan pemikiran yang mendalam sangat diperlukan. Karena dari menulis, mereka bisa berlatih mengembangkan kemampuan analitis dan kritis, Karena  menulis skripsi dan tesis membutuhkan kemampuan untuk menganalisis informasi, mengkritisi ide, dan menyusun argumen yang kuat.
Lewat penulisan skripsi mereka belajar mengembangkan  kemampuan dalam penelitian. Itu semua karena proses menulis skripsi dan tesis melibatkan melakukan penelitian mandiri, mengumpulkan data, menganalisis hasil, dan mengambil kesimpulan berdasarkan bukti. Ini mengajarkan mahasiswa tentang metodologi penelitian dan mengasah keterampilan pengumpulan dan analisis data, yang berguna dalam berbagai bidang pekerjaan yang mengharuskan pengambilan keputusan berdasarkan informasi yang akurat.
Ada juga di sana aspek penguasaan materi secara lebih mendalam. Mengingat proses menulis memerlukan pemahaman mendalam tentang topik yang dipilih. Mahasiswa harus membaca dan memahami literatur yang relevan, membandingkan pandangan yang berbeda, dan merumuskan konsep yang kuat. Ini membantu mereka menjadi ahli dalam bidang tertentu, yang merupakan aset berharga dalam dunia kerja yang menghargai keahlian spesifik.
Dalam hal komunikasi secara tertulis, menulis skripsi dan tesis melibatkan menyampaikan ide dan temuan secara jelas dan terstruktur. Kemampuan komunikasi tertulis yang baik adalah keterampilan yang sangat dicari di dunia kerja. Mahasiswa yang mampu menyusun laporan yang koheren dan persuasif akan lebih sukses dalam berkomunikasi dengan rekan kerja, atasan, dan klien.
Maka jika dilihat secara aspek prestasi dan kualitas mahasiswa menyelesaikan skripsi atau tesis adalah prestasi akademik yang menunjukkan komitmen, dedikasi, dan ketekunan. Ini juga mencerminkan kualitas pendidikan institusi yang melatih mahasiswa untuk mencapai standar akademik tertentu. Jika kewajiban menulis dihapus, hal ini dapat merendahkan standar dan citra pendidikan.
Bukan hanya itu, jika kewajiban menulis skripsi dan tesis dihapus, dampak negatifnya terhadap dunia kerja di Indonesia yang  mencakup banyak hal.
Mulai dari kurangnya kemampuan dalam analitis dan  berpikir kritis untuk pekerja. Karena jika pekerja yang tidak terlatih dalam berpikir kritis dan analitis, mereka kesulitan dalam memecahkan masalah yang kompleks dan membuat keputusan yang tepat. Ini dapat menghambat inovasi dan pengembangan di berbagai sektor.
Atau pada lemahnya kemampuanp penelitian serta pendataan. Ini berhubungan dengan kemampuan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasi data menjadi penting dalam berbagai pekerjaan. Tanpa latihan dalam menulis skripsi atau tesis, lulusan mungkin tidak memiliki keterampilan ini, mengakibatkan pengambilan keputusan yang kurang berdasarkan bukti. Yang lebih parah, lulusan yang tak ada kewajiban menulis skripsi akan lemah dalam penguasaan materi. Mereka sangat mungkin memiliki pemahaman yang dangkal tentang bidang studi mereka, yang dapat membatasi peluang karir yang lebih baik dan kontribusi yang berarti di tempat kerja. Termasuk juga terbatasnya dalam kemampuan berkomunikasi secara tertulis. Mengingat minimnya latihan menulis formal  akan  menghambat kemampuan komunikasi tertulis yang efektif, yang penting dalam berbagai jenis pekerjaan, termasuk berkomunikasi dengan kolega, pelanggan, dan mitra bisnis.