Pemilihan Umum 2024 kian dekat, sejumlah tahapan pelaksanaan dan persiapan baik dari KPU maupun partai-partai yang menjadi kontestan juga sedang berjalan. Tak terkecuali Partai Golkar yang sangat menyadari bahwa  perjalanan politik saat ini mulai memasuki tahap-tahap kritis.  Sehingga soliditas dan elektabilitas  menjadi kunci utama untuk meraih kemenangan yang diinginkan partai ini. Â
Untuk itu kader-kader partai harus bersatu dan fokus pada peningkatan elektabilitas Airlangga Hartarto sebagai calon presiden yang telah ditetapkan sejak jauh-jauh hari. Karenanya, menjadi penting bagi semua fungsionaris partai  mengatasi perbedaan pendapat yang timbul di antara kita, termasuk jika itu datang dari anggota Dewan Pakar.
Hal itu menyusul keluarnya pernyataan dari dari beberapa anggota Dewan Pakar yang mengemukakan wacana munaslub, yang sejatinya tidak sesuai dengan AD/ART organisasi ini. Isu yang segera ditanggapi oleh Dewan Etik Partai Golkar, selaku organ yang berwenang  memeriksa etika seluruh kader, dengan tegas mengklarifikasi hal demikian.Â
Langkah demikian memang harus dilakukan karena  mandat yang dimiliki Dewan Etik berasal dari Forum Musyawarah Nasional (Munas) 2019. Dalam konteks ini, Dewan Etik bertindak sebagai pengawal masalah etik di dalam partai, dan memiliki kewenangan untuk memanggil dan menanyakan tujuan dari pernyataan-pernyataan yang tidak etis.
Untuk itu, dalam satu pernyataannya, Dewan Etik menegaskan bahwa  seluruh kader Partai Golkar harus menjaga etika dalam berperilaku dan dalam membuat pernyataan di ruang publik. Apalagi ini persoalan internal yang semestinya juga diselesaikan secara internal dan tidak membawanya ke publik.
Persoalan tersebut yang sejatinya datang dari suara minor dari dalam partai juga memiliki sisi positif. Karena dengan adanya suara yang menyimpang tersebut bisa menjadi pendorong serta cambuk bagi kader partai  untuk lebih giat meningkatkan soliditas sesama kader dan fokus pada peningkatan elektabilitas Airlangga Hartarto. Soliditas partai sangat penting dalam menghadapi persaingan politik yang semakin ketat.
Dalam keterangan yang diberikan atau klarifikasi dari Ridwan Hisjam sendiri secara tegas dikatakan bahwa dirinya tak punya niat menurunkan Airlangga Hartarto dari posisi Ketua Umum Partai Golkar, serta mengakui juga bahwa Dewan Pakar tidak memiliki wewenang untuk menggelar munaslub. Â Sebuah pernyataan yang secara tegas menunjukkan bahwa suara minor tersebut hanya sekedar riak dan sekaligus menjadi petunjuk bahwa pernyataan-pernyataan tersebut tak lebih dari pendapat yang dapat diselesaikan dengan dialog internal.
Dengan pernyataan yang secara langsung juga memutus bagi meluasnya isu-isu kepada hal-hal yang tidak perlu, maka fokus utama partai saat ini yakni meningkatkan elektabilitas partai bisa kembali diteruskan. Â Sehingga soliditas partai sangat bergantung pada kekompakan seluruh kader dan menghindari perbedaan pandangan yang potensial melemahkan kerja mesin organisasi.
Â
Apalagi untuk Pemilu yang tinggal menghitung bulan itu, yang dibutuhkan partai ini adalah soliditas diantara sesama kader, Â fokus pada tujuan bersama, dan siap untuk mendukung dan memenangkan Airlangga Hartarto sebagai calon presiden.Â
Sehingga dukungan dan kerjasama dari seluruh kader sangatlah penting dalam meraih kemenangan di masa depan. Momentum pemanggilan Ridwan Hisjam tersebut adalah juga seebagai seruan agar setiap kader Partai Golkar untuk bersatu dalam satu tujuan, meningkatkan soliditas, dan mengerahkan segala upaya untuk mengantarkan Airlangga Hartarto menuju kursi kepresidenan. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H