Mohon tunggu...
Anak Tansi
Anak Tansi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang perantau yang datang ke ibu kota karena niat ingin melihat dunia lebih luas dari Jakarta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang perantau yang datang ke ibu kota karena niat ingin melihat dunia lebih luas dari Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dorongan Inklusivitas Rekomendasi dari Airlangga Hartarto Untuk Akademisi di G20

7 September 2022   10:23 Diperbarui: 7 September 2022   10:34 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Salah satu kelompok yang turut ambil bagian dalam perhelatan G20 adalah para peneliti, akademisi dan ilmuwan. Mereka yang berasal dari 20 negara anggota G20 bersama sejumlah negara undangan lain dan perwakilan sejumlah badan dunia turut dilibatkan dalam perumusan rekomendasi yang akan disepakati para pemimpin G20 di puncak pertemuan yang akan berlangsung di Bali November mendatang. Mereka yang disebut sebagai kelompok  T20 (Think 20) dan dihadirkan oleh Indonesia yang menjabat Presidensi G20 sebagai bagian dari upaya kolaboratif Pemerintah untuk menghasilkan kebijakan yang inklusif untuk bisa diterapkan serta memberikan manfaat yang nyata.

Kehadiran mereka diperlukan dalam upaya tercapainya konsensus bersama para pemimpin G20 dan global terhadap potensi masalah serius yang tengah dihadapi dunia. Konflik dan persoalan yang ditimbulkan oleh berbagai kepentingan dan krisis politik yang saat ini sedang terjadi. Dari pertemuan tersebut, Indonesia berharap akan lahir satu kesepakatan dan konsensus objektif dan tidak memihak. Keterlibatan kelompok yang disebut Engagement Group Think 20 (T20) memiliki posisi sangat penting dalam memastikan masalah yang ingin diselesaikan oleh para pemimpin G20.  

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto  yang berbicara pada T20 Indonesia Summit 2022 Plenary Session 1: Bridging Diverse Interests for Greater Global Cooperation, Senin lalu menyebut,  T20 dapat turun tangan untuk mendukung pembahasan di tingkat G20 ke arah hasil yang lebih diinginkan. Hal tersebut sangat diperlukan ketika dihadapkan pada Ketegangan geopolitik, tekanan politik, dan representatif asimetris antar kelompok negara merupakan berbagai faktor yang dapat mendorong pembicaraan antar pemimpin negara ke arah yang tidak diinginkan.  Persoalan inklusifitas, atau dalam bahasa yang lebih awam diterjemahkan sebagai pelibatan semua pihak tanpa ada yang didahulukan atau dominan antara satu dan yang lain, kerap menjadi isu penting dalam relasi antar negara atau kelompok negara.

Karenanya, penengasan aspek inklusivitas dalam G20 ini menjadi hal penting mengingat narasi dalam isu global masih didominasi oleh suara negara-negara utara (norhern voice) yang itu berarti negara maju dari Utara, sehingga kebijakan yang muncul lebih dominan dalam cara pandang negara-negara tersebut. Sehingga negara negara berkembang dan berpenghasilan lebih rendah kerap hanya jadi pion karen terbawa arus. Dan itu terlihat dalam berbagai krisis yang pernah dan sedang terjadi. Dimana negara berkembang sama sekali tak berdaya untuk menolaknya.  Oleh karena itu, peningkatan perwakilan 'southern voices' sangat penting untuk memastikan narasi global yang dibentuk dianggap adil dan dapat diterima oleh semua pemerintahan dari semua negara.

Dihadapkan kepada isu tersebut, posisi T20 menjadi sangat penting dan strategis khususnya dalam melayani setidaknya dua peran utama dalam kontribusi pemecahan masalah global saat ini. "Pertama, karena independensinya dari pemerintah nasional dan agenda politik masing-masing, T20 dapat memberikan wawasan berharga tentang agenda apa yang harus menjadi fokus para pemimpin global," ujar Menko Airlangga yang juga Ketua Umum Partai Golkar tersebut. Sehingga rekomendasi yang akan dikeluarkan dari T2o itu diharapkan bisa jadi bekal para pemimpin G2o dalam memahami sekaligus melakukan pendalaman terhadap sejumlah isu penting, karena hal itu keluar dari proses dan   analisis akademis yang ketat, bersama dengan rekomendasi yang harus diambil.

Sedangkan peran kedua yang bisa dilakukan adalah menjadi jangkar dalam memastikan inklusivitas dan prioritas yang tidak bias dari isu-isu yang dibahas dan sebagai bank ide G20 yang bertujuan untuk memberikan rekomendasi kebijakan berbasis penelitian kepada para pemimpin G20," lanjut Menko Airlangga.

Dari sana, berbekal kapabilitas dan kapasitas yang dimiliki, T20 tentu diharapkan bisa membuat rumusan dan gugus tugas sekaligus mewakili  isu-isu kritis di luar yang dialami oleh negara tuan rumah. Aspek inklusivitas menjadi lebih penting karena pandemi Covid-19 menciptakan ketimpangan yang melebar di seluruh negara. T20 juga memiliki kekuatan untuk memastikan agenda dan perumusan penelitiannya sama-sama mewakili negara maju dan berkembang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun