kelapa sawit dunia, posisi yang diduduki tersebut tak cuma menempatkan Indonesia sebagai pemain utama. Â
Sebagai negara dengan status produsen terbesarHal itu tak lain karena dengan teknologi yang sudah berkembang, kelapa sawit kini tak cuma bisa dipakai untuk kebutuhan manusia.Â
Minyak kelapa sawit kini pun siap menjadi pengganti untuk bahan baku kendaraan bermotor yang menggunakan minyak dan gas bumi.Â
Posisi sawit yang tadinya cuma sebagai subtitusi mesin penggerak kendaraan berbahan bakar fosil, kini semakin diperlukan, menyusul berbagai krisis energi yang sedang terjadi di banyak negara di dunia.
Dengan perkembangan situasi global yang terjadi saat ini, Indonesia mengajak negara produsen sawit lain untuk memanfaatkan momentum tersebut untuk menegaskan peran strategis kelapa sawit, sekaligus untuk mendapatkan pengakuan secara global bahwa komiditas ini bisa menjadi pengganti bahan bakar fosil yang tidak ramah lingkungan.
"Minyak sawit memiliki peran strategis sebagai bagian dari solusi untuk mengatasi krisis pangan dan energi global saat ini,"kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto saat bersama-sama memimpin Pertemuan Tingkat Menteri (PTM) Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) ke-10 dengan Menteri Industri Perkebunan dan Komoditi Malaysia, Y.M. Datuk Zuraida Kamaruddin di Nusa Dua Bali, Selasa (19/07).
Dalam pandangan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, dengan peran strategis yang dimiliki sekaligus menunjukkan kontribusi yang bisa diberikan, negara-negara produsen perlu meningkatkan promosi serta melanjutkan program keberlanjutan kelapa sawit ke tahap yang lebih tinggi.Â
Salah satunya adalah dengan terus mengajak konsumen berdialog tentang nilai lebih industri ini, selain juga meningkatkan kapasitas dan investasi yang lebih luas bagi petani kecil.
Untuk itu, Indonesia dan Malaysia yang menjadi inisiator CPOPC tetap berkomitmen untuk memmberi advokasi tentang proses minyak kelapa sawit sebagai industri berkelanjutan. Salah satu yang akan dilakukan adalah dengan memanfaatkan Presidensi Indonesia pada G20 guna memperkuat kolaborasi semua negara produsen minyak sawit dan pemangku kepentingan terkait.
Kedua negara juga sepakat dalam strategi implementasi energi terbarukan, bentuknya adalah mempertimbangkan peningkatan mandat biofuel menjadi B35 untuk Indonesia dan B20 untuk Malaysia dalam peningkatan konsumsi dalam negeri.
Airlangga dan rekannya Zuraida Kamaruddin juga satu kata dalam hal bagaimanana sikap CPOPC dalam konflik  yang terjadi antara  Rusia dan Ukraina yang memicu krisis pangan dan energi. Â
Bagi Airlangga yang juga Ketua Umum Partai Golkar tersebut, krisis skala geopolitik yang sedang terjadi itu adalah saat terbaik  untuk promosi bagi industri sawit dunia atas manfaat-manfaat yang dapat diperoleh minyak sawit ini.
Untuk itu, upaya promosi dan realisasi komitmen keberlanjutan kelapa sawit perlu ditingkatkan, termasuk melalui dialog konstruktif dengan konsumen dan produsen minyak nabati lainnya, serta peningkatan kapasitas dan investasi petani skala kecil.
Apalagi saat ini diyakini bahwa permintaan terhadap kelapa sawit akan terus meningkat, karena untuk tahun 2022 ini saja sektor ekonomi perbatasan internasional yang kian terbuka,yang itu secara langsung membuat distribusi dan arus barang akan lebih lancar.
Meski pada saat bersamaan sejumlah pekerjaan rumah lama masih harus diteruskan seperti perlunya negara produsen sawit untuk terus mengkampenyekan narasi baik tentang minyak nabati ini.
Sekaligus menangkal kampanye hitam banyak negara produsen minyak sejenis dari bahan lain yang secara ekonomis tidak bisa mengalahkan keunggulan ekonomis minyak ini.