Mohon tunggu...
pieta dhamayanti
pieta dhamayanti Mohon Tunggu... pacarkecilku.com -

Hidup kita adalah sajak paling sendu dari Tuhan. Fotografi membuatnya nampak romantis.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film "Mantan Manten": Rokok Klobot dan Sepat Pahitnya Teh Tawangmangu

5 April 2019   17:33 Diperbarui: 5 April 2019   17:54 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"A woman is like a tea bag - you can't tell how strong she is until you put her in hot water". Eleanor Roosevelt

Bus trayek Solo - Tawangmangu melintasi gapura selamat datang desa yang terletak di lereng barat Gunung Lawu, Karanganyar itu. Kabut perlahan turun, petani yang memetik sayuran, hijau sejauh mata memandang mengalir begitu pelan.

Awalnya film Mantan Manten dibuka dengan kehidupan glamour perempuan sukses ala Jakarta: muda, terkenal, kaya, lulusan kampus Amerika. Namanya Yasnina Putri (Atiqah Hasiholan).

Setelah 10 menit berlalu, keberuntungan seperti menjauhi kehidupan Yasnina. Cerita pun berpilin menawarkan hidup yang sangat berbeda. Yasnina terbelit kasus hukum, harta disita, reputasi lebur, kehilangan teman dan pemujanya. "Hidup saya hancur", tangisnya.

Airmata itu, airmata yang membawa Yasnina mesti pergi menjauh dari Jakarta, tepatnya ke Tawangmangu. Dataran tinggi di lereng barat Gunung Lawu dan terkenal oleh cuacanya yang dingin.

Dan disanalah cerita sesungguhnya dimulai. Yasnina sendirian di dalam  bus trayek Solo -- Tawangmangu.

Anda akan terpukau bagaimana sutradara merinci detil-detil untuk memasukkan gambaran Tawangmangu ke kepala setiap penonton. Resepsi Mantenan Jawa dengan sajian piring terbang yang masih dipegang teguh oleh penduduk Tawangmangu, detil pada dekorasi janur dan rokok klobot yang sudah jarang dinikmati anak muda meresap dengan baik dalam ingatan saya.

Iya. Rokok klobot. Rokok dengan lintingan kulit jagung. Hangat aroma khas tembakau dan cengkeh menguar begitu Anda menyulut api diujungnya.

Film Mantan Manten
Film Mantan Manten

Saya cukup deg-deg-an selama menonton film Mantan Manten. Bukan. Bukan karena saya ingat mantan. Bukan itu.

Saya menunggu-nunggu adakah detil yang bakal salah? Di bagian mana? Apakah pada pilihan jarik yang salah? Mungkin di kebayanya? Paes Mantennya? Adakah kemungkinan si pembuat film tidak bisa membedakan mana adat pernikahan Jawa khas Solo, mana adat pernikahan Jawa khas Jogja?

Alih-alih menemukan kesalahan pada detail perkawinan Jawa, energi saya malah habis digunakan untuk mengamati ornamen pada villa tua dimana Yasnina tinggal, terutama detail pada dapurnya justru  membuat saya merinding.

Termos panas yang khas berwarna merah, dinding keramik kuno, almari kayu, air minum yang tersimpan di kendi, ditambah lagi kursi taman berwarna putih dengan detil pakis yang melengkung membuat saya menggigil.

Melihat Yasnina perlahan menyesap teh panas dalam gelas kaca bening dengan detail hiasan daun hijau dan bunga merah itu rasanya lidah saya bisa kembali merasakan rasa sepat pahit teh khas Tawangmangu yang aromanya selalu siap bertabrakan dengan kenangan.

Kehadiran Darto (Dodit Maryanto) di film Mantan Manten memberi angin segar. Kelucuan-kelucuan terjadi dalam dialog yang begitu sederhana. Misal saja, bagaimana Darto mendefinisikan Jomblo. Saya pastikan membuat Anda dan seluruh penonton bioskop tertawa terbahak-bahak.

Sindiran seperti: "Ternyata orang kota itu tidak tahu segalanya ya?" muncul begitu polos dari Darto mengomentari ketidaktahuan Yasnina, si gadis kota yang mulai belajar budaya Jawa, tepat di kaki Lawu.

Film Mantan Manten 
Film Mantan Manten 

Film Mantan Manten juga mengenalkan kepada khalayak umum terkait ritual khusus Dukun Manten Jawa. Mandi dari Tujuh Mata Air, Puasa Mutih dengan 3 pulukan -- 3 sesepan, mantra dan sembogo. 

Film Mantan Manten tidak saja menawarkan keindahan Kabupaten Karanganyar lewat Tawangmangu. Sudut-sudut Solo adalah sudut romantis dalam setiap detil film Mantan Manten. Bagi Anda pemerhati cinematografi, sudut pengambilan Laweyan, Alun-alun dan Coyudan di Singosaren akan membuat Anda buru-buru ingin pergi ke Solo dan merasakan atmosfer tempat itu.

Satu lagi, unsur terpenting, perpaduan suara berat Sal Priadi berpadu ciamik lirik super romantis dalam lagu "Ikat aku di tulang belikatmu" membuat setiap orang akan langsung jatuh cinta di detik pertama lagu ini melantun pelan mengiringi momen demi momen di film Mantan Manten. Lagu ini membuat Anda jatuh cinta dan sekaligus patah hati.

"Buat banyak orang, cinta ga jadi alat ukur kebahagiaan. Kadang, cinta yang paling pendek, bisa jadi sumber bahagia", ujar Budhe Marjanti.

Film Mantan Manten
Film Mantan Manten

Judul                          : Mantan Manten

Sutradara                : Farishad Latjuba

Penulis Skenario : Farishad Latjuba & Jenny Jusuf

Produser                  : Anggia Kharisma & Kori Adyaning

Pemeran                   : Atiqah Hasiholan, Tutie Kirana, Arifin Putra, Tyo Pakusadewo, Marthino Lio, Oxcel, Dodit Mulyanto, Ria Irawan, Arswendi Nasution, Jenny Zhang, Aimee Saras

Genre                          : Drama 13+

Durasi                         : 102 menit

Tayang                       : 4 April 2019

Distributor               : Visinema Pictures

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun