Mohon tunggu...
CALVINO PABLO DINOVA TELUSSA
CALVINO PABLO DINOVA TELUSSA Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Mahasiswa Politeknik Statistika STIS

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

What If...

26 Maret 2020   13:35 Diperbarui: 26 Maret 2020   13:44 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sering kita berandai-andai mengenai hal yang mungkin terjadi  jika kita mengambil jalan yang berbeda dari yang sedang kita jalani, atau membayangkan bagaimana jika kita memilih pilihan yang berbeda dari yang kita pilih saat ini. 

Contoh: "Bagaimana ya jika sebelumnya saya tidak memilih pekerjaan ini? Bisa saja saya bisa membangun bisnis sukses." atau 

"Andai saja saya tidak pergi ke kondangan teman, saya tidak akan kecelakaan seperti sekarang ini."

Nah, terlintas  di pikiran mengenai pengandaian tadi. Saya merenung apa yang akan terjadi seandainya saya tidak kuliah di Jakarta ketika peristiwa yang sedang menimpa kita semua, yaitu pandemik Coronavirus dengan nama COVID-19 sedang menyebar di Indonesia dengan terindikasi paling banyak ada di Jakarta.

Saya sedang menempuh pendidikan di sekolah kedinasan statistik  yang berlokasi di Jakarta, saya sangat ingin lulus tes pada tahun 2019 dan Puji Tuhan saya lulus. Saya sekarang berandai-andai mengenai pikiran saya jika saja saya tidak lulus tes pada tahun 2019, tentunya saya akan merasa kecewa tetapi berjalannya waktu dan pada tahun 2020 di dimensi permisalan saya tidak lulus tes itu mungkin saja saya berpikir ulang sendainya saya  lulus dan berada di Jakarta, maka saya akan terkena COVID-19 atau beresiko lebih tinggi untuk terkena, dan kira-kira pada diri saya di dimensi lain itu saya akan berkata, "Huuh, ternyata ini jalan Tuhan, saya tidak lulus karena Tuhan tidak ingin saya terkena virus 'jahat ini', saya bersyukur tidak lulus tes tahun lalu." Jadi, ada penghiburan ketika kita berandai-andai mengenai hal yang kita kecewa tidak dapati.

Di sini saya sadar bahwa apapun yang terjadi di kehidupan manusia kapan saja, di mana saja pasti ada pembelaan  diri kita berupa alasan mengapa kita di sini,mengapa kita melakukan ini, mengapa teman kita berhasil jadi anggota DPR, sedangkan kita gagal, mengapa dia menjadi polisi, saya menjadi buruh, mengapa saya tidak lulus tes CPNS, dan lain-lain; 

yang bagi saya itu sebenarnya hanya permainan di pikiran kita untuk memperoleh penghiburan. Karena kita telah begitu lama meratap dan ketika terjadi suatu peristiwa buruk yang bersinggungan dengan keadaan yang dahulu kita idamkan, kita merasa bersyukur. Contohnya tentu seperti diri saya yang berada di dimensi saya gagal tes pada tahun 2019 yang sekarang sedang bersyukur akan "jalan yang dipilih Tuhan untuk dia". Tetapi bagaimana jika suatu peristiwa baik yang bersinggungan dengan keadaan yang dahulu kita idamkan? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun